JAKARTA–TransTV45.com- Anggota DPR RI Komisi IV Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si bersama Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Nusa Tenggara Timur mendukung penyebarluasan (diseminasi) dan upaya mendekatkan (hilirisasi) inovasi hasil penelitian dan pengkajian bidang pertanian kepada para petani dan peternak di NTT.
Diharapkan melalui diseminasi dan hilirisasi tersebut, para petani dan peternak di NTT dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani yang bermuara pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak.
“Saya dan BPTP NTT bersepakat mendukung penyebarluasan dan mendekatkan berbagai hasil inovasi penelitian bidang pertanian. Inovasi pertanian sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pangan para petani dan peternak di NTT. Apalagi saat ini, peningkatan produksi dengan cara ekstensifikasi (perluasan) lahan sulit diterapkan karena konversi lahan pertanian produktif ke non pertanian semakin luas,” ujar politisi muda yang akrab dipanggil Ansy Lema, setelah menggelar diskusi virtual bersama BPTP NTT, Selasa (27/7/2021).
“Mendukung Inovasi Pertanian”
Ansy mengaku, sejak ditugaskan Fraksi PDI Perjuangan di Komisi IV, ia selalu mendesak Kementerian Pertanian (Kementan) terutama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balibangtan) untuk memacu inovasi penelitian dan pengkajian pertanian berbasis riset ilmiah, serta mengalokasikan dana untuk mendukung kemajuan iklim riset pertanian di tanah air.
Diskusi bersama BPTP NTT merupakan inisiatif Ansy Lema untuk terus mendukung inovasi pertanian, serentak mendapatkan masukan dari para peneliti pertanian mengenai pengembangan pertanian dan peternakan di NTT.
“Melalui diskusi ini, saya ingin mendengarkan masukan dan paparan hasil riset dan inovasi dari BPTP NTT agar disampaikan kepada Balitbangtan Kementan dalam rapat di Senayan. Hasil inovasi pertanian tersebut harus disebarkan dan didekatkan kepada petani dan peternak, sehingga meninggalkan pola pertanian dan peternakan yang sangat tradisional,” lanjut Ansy.
Sebagai wujud konkrit dukungan terhadap inovasi pertanian serta penyebarannya, tahun 2021 ini, Ansy bekerja sama dengan Balitbangtan Kementan memberikan bantuan sebesar Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah) untuk pengembangan inovasi benih unggul. Namun sebelum memberikan bantuan, terlebih dahulu ia berdiskusi dengan para peneliti dari BPTP NTT untuk mendapat masukan mengenai jenis inovasi benih unggul yang mencerminkan karakter lokal dan menjawab kebutuhan NTT saat ini.
“Setelah berdiskusi dengan BPTP NTT, saya memutuskan untuk fokus pada pengembangan dan penyebarluasan tiga benih hasil inovasi, yakni jenis Jagung Lamuru Label Ungu di Kabupaten Malaka, jenis Padi Inpari Nutri Zinc di Kabupaten Sumba Barat Daya, dan Bawang Putih di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),” papar Ansy.
Ansy mencontohkan, ia memilih jenis Padi Inpari Nutri Zinc karena merupakan hasil inovasi pertanian untuk memerangi gizi buruk (stunting). Kandungan Zinc dalam padi meningkatkan daya tahan dan kesehatan tubuh melawan serangan stunting. Saat ini, NTT menempati angka prevalensi stunting tertinggi secara nasional, karena itu Padi Inpari Nutri Zinc sangat cocok menjawab permasalahan NTT saat ini.
“Itulah alasan saya mendukung diseminasi Padi Inpari Nutri Zinc kepada empat kelompok tani (luas lahan 25 hektar) di Kabupaten Sumba Barat Daya. Saya berharap, melalui penyebarluasan benih padi ini, para petani di NTT semakin mudah mendapat benih padi unggul untuk meningkatkan produktivitas pangan sekaligus memerangi stunting,” kata Ansy.
Peneliti BPTP NTT, Dr Evert Hosang menginformasikan bahwa para petani penerima bantuan benih Ansy Lema-Balibangtan di tiga kabupaten telah menanam benih bawang putih, padi dan jagung dengan menerapkan standar perbenihan. BPTP juga telah melakukan padat karya bimbingan teknis (bimtek) kepada petani, pengadaan pupuk, pendampingan teknologi benih dan membuat lahan percontohan.
“Diseminasi dan Hilirisasi Teknologi Pertanian”
Kepala BPTP NTT Dr. Procula Rudolf Matitaputy mengucapkan terima kasih atas dukungan konkrit Ansy Lema untuk melakukan diseminasi dan hilirisasi teknologi pertanian. Ia berharap, kerja sama antara BPTP NTT dan DPR RI tetap berlangsung untuk memajukan pertanian dan peternakan melalui berbagai inovasi pertanian yang mencerminkan konteks dan kebutuhan lokal NTT.
“Petani lebih suka varietas lokal, padahal BPTP memiliki banyak inovasi varietas unggul untuk meningkatkan produktivitas pangan. Selain itu, NTT memiliki potensi peternakan sapi yang luar biasa, namun belum dikembangkan. Sayangnya, BPTP NTT masih terbatas dari aspek ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana dan prasarana pertanian. Karena itu, sinergi dan dukungan aspirasi dari Bapak Ansy Lema sangat kami butuhkan,” ujar Dr. Procula.
Sementara itu, Sub Koordinator Program BPTP NTT Dr. Ben De Rosari menginformasikan bahwa sebagai wujud apresiasi atas dukungan dan sinergi, BPTP NTT akan memberikan bantuan 1 ton benih Padi Inpari Nutri Zinc kepada Ansy Lema untuk disalurkan kepada para petani di NTT. Ia juga memaparkan inovasi BPTP NTT seperti inovasi pertanian benih padi, jagung, dan kedelai, juga inovasi peternakan seperti pakan ternak khas NTT yang diberi nama Remire, kandang penggemukan, dan pemurnian benih ternak sapi.
“Contohnya, BPTP NTT dalam koordinasi dengan Balitbangtan sedang mengembangkan jenis padi Inpago 13 Forti Zinc. Habitatnya adalah lahan kering (sawah tadah hujan atau ladang). Sedangan Padi Inpari Nutri Zinc berhabitat di lahan basah (sawah). Saat ini Inpago 13 Forti Zinch sementara uji lokasi, jika berhasil maka akan didiseminasikan kepada para petani,” jelas Dr Ben.
Menutup diskusi, Ansy Lema mengucapkan terima kasih atas sinergi dan kesediaan BPTP NTT untuk terlibat dalam diskusi virtual ini. Ia berkomitmen mendukung kerja-kerja BPTP NTT untuk melakukan inovasi, menyebarkan dan mendekatkan hasil inovasi tersebut kepada petani dan peternak di NTT. Inovasi teknologi pertanian perlu diselaraskan dengan kearifan lokal petani-peternak NTT. Karena inovasi pertanian sesuai konteks lokal NTT sangat urgen meningkatkan produktivitas, sehingga cita-cita kedaulatan pangan di NTT bisa dicapai. *(Red)