Oleh : ALDI JEMADUT
LABUAN BAJO||TransTV45.com- Malam yang dingin, dihiasi dengan rintikan hujan diatas genteng membuatku cukup terlena dalam kesepian. Entah apa yang terjadi ketika malam yang memikat rindu pada sangkala cinta tentang kau yang telah pergi. Kau pergi meninggalkan luka lagipun duka yang merinding pada diriku yang kaku tertampar angin yang cukup kencang menghantam tubuh. Benar kata orang, cinta itu nikmat pada waktu tertentu, menarik nan indah bagaikan matahari yang terbit di ufuk timur, namun meninggalkan luka pada senja hari yang menjemput kesepian. Tak terasa waktu menjelang pagi, aku pun masih terlena pada lara kesepian, entah apa yang egkau taburkan dalam luka meninggalkan duka ini, sehingga engkau pergi meninggalkan ini semua. Wahai engkau yang ku namakan sang luka meninggalkan duka, sampai kapan ini terjadi?
Jika aku ingat kembali kata manis yang kau ucapkan lewat mulut mungil yang dihiasi polesan gincu, kadang aku berkata dalam hati penuh luka nan duka ini, segampang itukah engkau melukaiku? Ah, engkau yang ku namakan luka meninggalkan duka, cukup…cukup sudah engkau menghianatiku. Yang walau pun kepergian mu meninggalkan banyak kenangan, kenangan itu pun meninggalkan luka. Setiap kali seperti ini, aku pun takut kenangan masa lalu kita selalu menghantuiku saat gelap, yang pelan-pelan membawaku ke dalam ruangan kedap penuh bayangan-bayangan pahit tentangmu. Terutuk tentang masa lalu. Kita berdua pernah menjadi dua orang asing yang sama-sama tidak pernah kenal dan duduk bersampingan di beranda café yang megah, dihiasi lampu kelap kelip, bahkan lampu sorot yang sinar atau cahanya terpancar langsung pada wajahmu yang berparas cantik. Saat itu, aku rasa kita saling cinta tapi anehnya kita tidak saling mengisi. Barangkali benar, tak seberapa cinta yang kita miliki, tetapi kita cukup mampu menjaga cinta kita yang sudah miliki.
Ada apa dengan kamu, sayang? Sehingga engkau pergi meninggalkan luka yang menjadi duka dalam hati ini, apakah aku ada salah? Apakah engkau tidak nyaman dengan ku? Apakah engkau tidak suka dengan ku? Ahhh..begitu banyak tanya dalam diriku tentang pergianmu. Segalanya menjadi sunyi disini. Hanya ada ingata-ingatan gaduh tentang masa lalu yang sedang berperang dalam pikiranku. Semuanya masih tentang mu. Aku takut bayangan ini. Bayangan tentang mu membuat otak ku eror, persis memaksakan data masuk pada memori yang cukup besar. Tapi aku mencoba untuk susun rapi dalam otak ku yang cukup eror. Semua kenangan masa lalu mengacaukan otakku meskipun sudah berusaha untuk menghilangkan begitu saja. aku pun berusaha untuk menata lagi hati yang baru agar segala kenangan menjadi lupa yang pernah membikin hatiku duka dan terluka. Hufffffffffff…..betapa sulitnya aku keluar dari masa lalu.
Aku mencoba untuk pelan-pelan keluar dari semua ingatan masa lalu tentang kamu. Yang acap kali mata selalu berkaca. Tapi aku berusaha untuk formatkan masa lalu bersama mu. Aku pelan-pelan masuk pada dunia cinta yang baru, dan berupaya pergi dari semua kenangan.
Seiring berjalanya waktu, aku tak sengaja belanja di toko berlantai tiga yang dilayani oleh para pelayan toko yang wajah berparas cantik. Aku mulai berjalan dan memilih pakaian yang sebentar hendak ku beli untuk persiapan pernikahan sepupuku. Tiba-tiba seorang cewek cantik pelan-pelan mendekatiku dan memanggilku dengan suara halus nan lembut.. “Hei kak”. Aku pun menoleh kearahnya dan membalas sapaannya….”hei cantik”. Kami pun pelan pelan berjalan menuju kasir untuk membayar pakaian yang sudah kami beli. Dengan sentakan sepatu pada lantai yang beralas keramik…’tak tuk tak tuk” kurang lebih seperti itu bunyinya. Kami pun bersama-sama keluar dari toko itu dan berusaha untuk tidak saling berjauhan. Selalu berusaha untuk dekat. Persisi dengan Romeo dan Juliet.
Pandangan ku pun selalu merujuk pada bibirnya yang manis tanpa retakan yang tidak lama sudah dipoles dengan lipstik yang cukup mahal. Aku berjalan dibelakangnya. Kurang lebih jaraknya sekitar satu meter, aku pun selalu menghirup bauan parfum yang menyengat dari arah tubuhnya yang aduhaiiii…. Sampai di lantai satu, kami pun berpencar tanpa mengenal sekali pun bahkan sampai lupa minta nomor handponenya. Yeah, mungkin kami lagi jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sampai dirumah aku duduk termenung didalam kamar yang penuh serakan koran, majalah, dan buku-buku. Mengingat kembali pertemuan singkat dengan cewek yang berparas cantik, entah arahnya dari Timur, Selatan, Barat, atau pun Utara aku tidak peduli. Intinya aku sudah bertemu dengannya yang walaupun cukup singkat. Namanya pun aku tidak tahu, mungkin belum saatnya aku mengenalnya.
Malam sudah pukul 20.30 waktu Indonesia Barat, aku pun tak sengaja melemparkan pandangan pada satu novel di rak buku yang berjudul “Tentang Kamu”. Karya dari Tere Liye. Seorang penulis novel yang sangat terkenal. Di dalam novel tersebut, begitu banyak cerita tentang Sri Ningsih. Namun begitu banyak luka dan duka yang dialami oleh seorang Sri dalam novel tersebut, mungkin cukup persis dengan kisah masa laluku. Yeahhh sudahlah.
Adakah rindu tanpa penantian? Tanpa cemas, ragu dan galau? Barangkali cinta dan rindu adalah sejenis keyakinan yang tiba-tiba, yang selalu melewati ambiguitas bata-batas, yang terjalnya selalu bisa niscaya. Sekali mengenalmu, cinta dan rindu kuhadapi bersamaan. Masih ada rindu di sini, yang tak mau kunjung jedah. Semua hal tersisa dari kenangan sudah aku maafkan. Aku merobek hatiku, tapi rindu ini selalu menjahatinya diam-diam. Ingat, doaku selalu menjagamu dengan utuh. sampai kapan pun.
Beberapa bulan kemudian, aku tak sengaja menemuka cewek yang berparas cantik di tempat yang sama. Toko berlantai tiga. Disitu kami adu pandang dan pelan-pelan mendekat. “Hei kak, saya pernah melihatmu pada beberapa bulan yang lalu. Waktu itu kita bertemu disini juga”, katanya. Aku pun tersenyum dan memandangnya dari ujung kaki sampai mukanya yang berparas cantik. “Ya, benar. Kita pernah bertemu disini”. Disitulah kami saling bertukar nomor handphone dan pelan-pelan adu lempar senyum.
Cinta kami pun muncul lewat huruf “P” pada pesan whatsaap. Dari situlah cinta yang menghasilkan buah hubungan asmara yang persis cintanya Romeo dan Juliet. Keesokan harinya, kami berdua bertemu di sebuah café yang megah dan termahal. Rasanya hanya milik kami berdua dunia ini. Yang lainnya sedang berziarah di dunia lain. Malam belum sepenuhnya gelap. Tiba-tiba mulutku tanpa sadar mengeluarkan pernyataan ini. Aku bisu. Aku tak mau lagi menambah perih di hati dengan membandingkan mana luka, mana senja yang harus aku pilih. Keduanya aku suka. Luka dan senja sama-sama bikin aku bingung. Aku bukan patah hati, sayang! Aku Cuma tak tahu, ke mana arah jalan pulang hati ini setelah jadi begini.
Waktu terus berlalu, tibalah saatnya sepepuku menikah. Aku tidak tahu siapa cewek yang hendak menikah dengan sepupuku. Dia sangat cantik juga. Badannya persis dengan cewekku yang namanya Tania. Sebagai fotografer yang terpercaya, aku pelan-pelan mendekati pengantin dan hendak memotret mereka dari berbagai arah.
Sampai di depan kedua pengantin aku pun di surprise atau kejutan. Ternyata cewek yang menikah dengan sepupuku adalah Tania. Aku tanpa sadar menetes air mata di hadapan banyak orang. Betapa seorang gadis berani menghianatiku dan membuat ku menjadi tambah luka pada hati yang pernah terluka bahkan duka sekalipun. Yeah. Aku pun tidak mengingat itu. Dengan semangatku untuk tetap berusaha tidak jatuh pada kesedihan yang sama.
Aku sebenarnya tidak luka seperti ini, bahkan dia yang dulu telah datang kembali untuk melukaiku walaupun orangnya berbeda. Kau yang datang dan pergi meninggalkan luka dan duka. selamat berbahagia!. Semoga kamu tidak mengingat kembali tentang kisah kita masa lalu yang kini menjadi kenangan dan ku menaminya dengan “Mantan Pergi Meninggalkan Luka dan Duka” *(Red)