Jacob Ereste : Sungguhkah Sikap Arogan Mensos Risma Cermin Dari Kabinet Presiden Jokowi Sekarang?

Nasional450 Dilihat

JAKARTA||TRANSTV45.com- Gubernur Rusli Habibie pun merasa tersinggung. Karena petugas PKH yang dimaki-maki Mensos Risma itu adalah pegawai Gubernur Gorontalo. “Saya Tersinggung. Itu Pegawai Saya, Boleh Emosi Tapi Janganlah berkelakuan seperti itu”, kata Gubernur Rusli mengungkapkan kekesalannya kepada Awak Media, pada Sabtu, 02 Oktober 2021.

Gubernur Gorontalo Rusli Habibie memang pantas merasa tersinggung dan kesal atas sikap arogan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang emosional dan menuding-nuding warganya saat berkunjung ke daerah Gorontalo, Kamis 30 September 2021.

Aksi over acting Mensos Risma itu sempat direkam dan viral media sosial, hingga mendapat banyak cercaan balik dari Masyarakat, bagaimana mungkin seorang pajabat publik bisa culas seperti itu dan over acting berlebihan. Karena sepatutnya harus dapat menjadi contoh yang baik dan santun untuk menjadi panutan masyarakat.

Situs resmi Pemprov Gorontalo, Jumat, (1/10/2021), jelas merealase sikap Gubernur Gorontalo Rusli Habibie yang menilai sikap arogan Mensos Risma sungguh tidak patut dia lakukan sebagai pejabat publik. Selain seorang ibu, Risma yang berpangkat menteri seharusnya dapat memberikan contoh bagaimana seorang pejabat negara seharusnya bersikap pada rakyat.

“Saya saat melihat video itu sangat prihatin. Saya tidak memprediksi seorang Ibu Menteri Sosial memperlakukan seperti itu”, kecam Rusli Habibie yang kemudian menjadi topik pembicaraan banyak pihak yang ikut mengecam perilaku tercela Risma sebagai menteri, kata seorang aktivis buruh Tangerang.
Karena perilaku seperti itu akan mencerminkan contoh yang tidak baik, seperti yang dikecam keras oleh Gubenur Gotontalo.

Gubernur Rusli Habibie mengecam keras sikap Mensos Risma saat wawancara dengan wartawan usai menghadiri acara Survei Indeks Kepuasan Masyarat Terhadap Kinerja Pemerintah di Hotel Maqna, Gorontalo. Rusli tidak hanya merasa tersinggung, tapi juga perlu untuk mengingatkan agar sebagai Menteri Risma dapat menjaga sikap di depan rakyat, terlebih saat berkunjung ke kampung orang, katanya.

Mensos Risma memang tampak menunjuk-nunjuk dan marah sambil ngeracau kepada seorang pendamping PKH dengan sangat emosional, hingga membuat banyak orang terperangah hingga sulit membayangkan dirinya sebagai seorang Ibu yang sepantasnya lemah dan lembut, tidak bergaya seperti preman.

“Pangkat, jabatan harus kita jaga. Tidak ada artinya pangkat ini semua”, kata Rusli Habibie kepada Wartawan. Kalau pun toh dia salah, ya dikoreksi saja sewajarnya. Apalagi di depan umum. Ya, untung saja tidak jumpa orang yang temperamen juga, bisa-bisa dikasih bogem mentah, kata Sakinah, seorang aktivis buruh dari Tangerang yang ikut merasa geram aras sikap arogan pejabat publik itu.

Aksi Risma yang marah-marah ini, kronologisnya baru diketahui Gubernur Rusli Habibie setelah memperoleh informasi kemudian. Ketika itu Mensos bersama pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota melakukan pemadanan data. Sementara Rusli Habibie sedang mendampingi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto ke Kabupaten Boalemo. Lalu masalahnya bagi salah seorang pendamping PKH yang mendapat ditudingan dari Risma, karena mengungkapkan adanya warga yang terdata tetapi saldonya tidak pernah lagi terisi. Inilah yang menyulut Risma memberang dan
menuding-nuding PKH yang bersangkutan. Padahal, kalau pun memang telah terjadi kesalahan itu, itu sepatutnya bisa diusut secara baik-baik. Dan jika memang ada kesalahan, toh orang yang bersangkutan bisa dkenakan sanksi, sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Padahal, seorang Pendamping PKH itu hanya menyampaikan saja data tentang warga masyarakat setempat kepada Ibu Menteri, bila ada sejumlah nama yang saldonya kosong karena dari informasi, nama orang yang bersangkutan itu sudah dicoret.

Lalu mengapa Risma jadi memberang dan naik pitamnya ?

Apakah mungkin Risma sendiri ingin menutupi keganjilan itu akibat nama warga masyarakat yang tidak lagi menerima bantuan karena telah dicoret dari pemerintah pusat seperti berita yang pernah dilansir pihak Kementerian Sosial, sehingga jutaan orang jumlahnya yang dicoret namanya dari daftar penerima bantuan tidak lagi berhak menerima bantuan ?

Atau justru boleh jadi nama para penerima bantuan yang tidak lagi menerima bantuan itu memang akibat dari kebijakan dari Pemerintah Pusat, cq Menteri Sosial yang tidak cermat. Apalagi mengingat adanya kebijakan Kemensos yang menghapus jutaan nama dari daftar penerima bantuan yang sudah tercatat sebelumnya itu telah dikeluarkan dari catatan daftar sebelumnya.

Jadi wajar bila petugas PKH yang sudah berumur itu pun merasa tersinggung dan meminta perlakuan sikap yang adil. “Saya alumni STKS, tahun 80-an sudah kenal menteri Nani Soedarsono, para Dirjen, tapi tidak ada yang sikapnya begitu. Saya sangat tersinggung, saya enggak terima,” kata Petugas PKH yang telah dizalimi oleh Ibu Menteri Sosial itu.

Secara khusus, Gubernur Rusli Habibie juga patut mendesak Presiden Jokowi mengevaluasi sikap Risma yang dalam banyak kesempatan selalu emosional. Apalagi aksinya kadung viral dan membuat heboh warga Gorontalo, bahkan Indonedia karena telah viral dk media sosial sejak Jum’at, 1 Okotober 2021. Sebab sikap arogansi Risma itu seakan-akan telah menjadi cermin buruk dari kabinet Presiden Joko Widodo sekarang. *(JE/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *