Manggarai. Transtv45.Com| Universitas Khatolik(Unika) St.Paulus Ruteng,Manggarai,NTT menggelar Seminar Ilmiah dengan tema”Membangun Generasi Muda Yang Berkarakter Di Era Industri 4.0 Dan Society 5.0 yang bekerja sama dengan MTs Amanah dan Gammasando,pada Sabtu(30/10/2021).
Seminar Imiah ini berlangsung di Aula MTs Amanah Ruteng.Kegiatan Seminar dimulai pukul 08.00 Wita dan dibuka dengan sambutan dari Ketua LP2K Unika St.Paulus Ruteng.
Kegiatan Seminar dihadiri Anggota DPRD Manggarai,Perwakilan dari Kementrian Agama,Ketua MUI,perwakilan dari Dinas PPO Manggarai,Kepala Sekolah MTs dan para guru,para mahasiswa Unika St.Paulus,dan tiga pemateri yang berkompeten.
Mansur Amriatul,S.Pd memaparkan bahwa sebagai generasi Y dan Z tidak bisa dipisahkan antara teknologi dan pendidikan.Teknologi hadir sejatinya membawa manfaat dalam banyak hal terhadap aktifitas manusia baik dari kecepatan,fleksibility,dan efisiensi.
Lebih lanjut,Mansur menjelaskan bahwa pendidikan hadir untuk memfilter distrupsi budaya dan nilai.Pendidikan yang mumpuni menjadi dasar agar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa tetap terawat.
Mansur menambahkan,dalam rangka menjaga eksistensi peran pemuda masa mendatang,pemuda harus dibekali beberapa hal yaitu jiwa kompetitif,terus memperbaharui kualitas diri dengan memperbanyak literasi,menjalin relasi yang luas dan memupuk semangat kolaborasi,tutup Mansur.
Selain itu,Dr.Abdul Majir,M.K.Pd ,Dosen Unika St.Paulus Ruteng ini memaparkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan-pelatihan keterampilan di luar akademik,jelas Abdul.
“Di era industri 4.0 ini,Indonesia masih terdapat tantangan seperti kurangnya tenaga keterampilan,belum memahami penggunaan teknologi komunikasi,dan juga masih memandang bahwa teknologi banyak dampak negatif dalam kehidupan.Padahal sebenarnya teknologi ini berdampak positif.Tergantung bagaimana individu dalam meminimalisir resiko dan peluang yang muncul.Revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi dalam mendegradasi peran manusia membuat Jepang melahirkan sebuah konsep yaitu Society 5.0.”
Lebih lanjud,Abdul mengatakan bahwa konsep society 5.0 diadopsi Jepang sebagai antisipasi terhadap tren global sebagai akibat dari munculnya industri 4.0.Sehingga,revolusi industri 4.0 adalah proses kelanjutan perubahan teknologi berdampak positif,yakni memiliki kompetensi utama yaitu berpikir analitis,kritis,dan kreatif yang mampu memecahkan masalah sosial yang terjadi baik di tingkat lokal maupun tingkat dunia internasional,tutup Abdul.
Pada pemaparan materi terakhir,Feliks Hatam menjelaskan bahwa Revolusi industri 4.0 tentu tidak terlepas dari revolusi-revolusi industri sebelumnya.Di abad ke-18 bahwa semua pekerjaan manusia digantikan dengan mesin atau dengan sebutan revolusi 1.0.Lalu,berlanjut ke revolusi 2.0 yaitu penemuan listrik,dimana semua aktivitas manusia yang pertama itu dikerjakan oleh mesin.Namun,di era revolusi industri 3.0 bahwa disinilah manusia baru mengenal internet atau website.Sehingga,sejak tahun 2000 revolusi industri 4.0 mulai digalakkan kemudian pelan-pelan masuk ke society 5.0 yang sekarang penyebutannya adalah Teknologi,jelasnya.
Menurut Feliks,substansi dari revolusi-revolusi industri itu untuk menciptakan kemudahan baru dalam berkarya.Sebagai orang muda,di tengah meningkatnya penggunaan internet bahwa kurva pengguna internet selalu naik dari jumlah penduduk Indonesia.Generasi muda tentu bisa menanggapi perilaku ini sebagai peluang baru dalam arti kita bisa mengeksplorasikannya.Bayangkan saja bahwa bagaimana generasi muda sebelum pandemi covid-19.Misalnya,pada konten kreator sebelum covid itu biasa-biasa saja.Namun,saat pandemi covid-19,konten kreator ini mengalami kenaikan selama 3 bulan seperti pada aplikasi Tiktok.
Sehingga,Society 5.0 diperkenalkan atau dicetuskan di Jepang untuk lebih mendorong peran manusia dalam mengatasi paradigma dari kemajuan revolusi industri 4.0.Artinya pada Society 5.0 ini,manusia dituntut untuk dapat lebih memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang komprehensif,berpikir kritis dan kreativitas,tutup Feliks.