Menabur Karakter Positif Melalui Keteladanan Guru

Breaking News301 Dilihat
Stefanus Satu, S.Pd, Kepala SMKN 1 Labuan Bajo-Manggarai Barat-NTT. (Sumber : Isth)

Oleh: Stefanus Satu, S.Pd (Kepala SMKN 1 Labuan Bajo-Manggarai Barat-NTT)

Labuan Bajo-TransTV45.com| Salah satu tujuan pendidikan adalah menumbuhkan semangat kemandirian bagi peserta didik. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas tahun 2003, pasal 3) dengan tegas mengisyaratkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mengimplementasikan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut, institusi pendidikan diberi peran dan tugas yang sangat penting dan mulia. Selain mencerdaskan dan mengembangkan potensi peserta didik, membentuk watak yang berkarakter dengan bercirikan beriman dan bertagwa, jujur, kerja keras, disiplin, kreatif, dan kemandirian adalah juga tugas utama.

Tentu saja tugas tersebut merupakan tugas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga. Artinya SMK sebagai lembaga pendidikan memiliki peran dan tugas mencerdaskan dan juga menanamkan nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar peserta didik sanggup menginternalisasikan nilai-nilai karakter? Metode atau strategi apa yang paling efektif dalam menaburkan karakter positif kepada peserta didik? Nilai karakter seperti apa yang harus ditanamkan dalam diri peserta didik?

Tak bisa dibantah bahwa peserta didik belum semuanya dapat menampilkan sikap atau perilaku yang menunjukkan nilai karakter yang diidealkan. Hal ini dapat dibuktikan oleh banyaknya siswa yang terlambat setiap hari, senang bolos, tidak datang sekolah, malas belajar, dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Perilaku semacam ini mengkerdilkan semangat untuk maju, berubah, dan menjadi manuasia yang mandiri.

Dalam kaitan dengan upaya pengembangan mutu pendidikan, perilaku negatif yang ditunjukkan peserta didik tersebut menjadi persoalan yang menghambat. Karena itu, kita perlu mresponsnya secara kreatif dan serentak mencari solusi yang efektif agar pelbagai perilaku tersebut bisa diminimalisasi.

Tawaran Solusi
Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi para peserta didik tersebut, hemat saya, guru mesti tampil sebagai agen utama untuk melakukan terobosan dan perubahan yang signifikan. Guru, tentu tidak hanya bertugas mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga mampu menanamkan niai kebajikan yang mendukung upaya pengembangan diri peserta didik untuk menjadi pribadi yang bermutu. Indikator untuk mengukut dimensi kualitas itua adalah peserta didik memiliki kompetensi religius, kompetensi sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Empat kompetensi tersebut sejalan dengan tuntutan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki peserta didik.

Wahyu Widayat dalam artikelnya Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Fitur Kelas Maya Portal Rumah Belajar ( 28 September 2018 ), menjelaskan kecakapan Abad 21 terintegrasi dalam sikap, pengetahuan, keterampilan dan penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui: (1) kecakapan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill; (2) kecakapan berkomunikasi (Communication Skills); (3) kecakapan kreatifitas dan inovasi (creativity and innovation); dan (4) kecakapan kolaborasi (Collaboration).

Dalam menerapkan kecakaan tersebut, guru sebagai agen perubahan (change agent) sekaligus menjadi penentu mutu peserta didik. Karena itu guru harus mampu menanamkan nilai karakter terhadap peserta didik dengan memberikan contoh melalui perbuatan nyata dalam melaksanakan tugas sebagai guru maupun tugas sosial lainnya. Keteladanan itu, dapat diaplikasikan melalui perbuatan yang konkret setiap hari.

Pertama, disipilin. Disiplin adalah salah satu nilai karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan atau tata tertib. Cara paling mudah dan efektif untuk menanamkan nilai disiplin kepada peserta didik adalah dengan memberikan contoh disiplin dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Misalnya tiba di sekolah lebih awal dan menutup pelajaran di ruang kelas tidak lebih cepat daripada waktu yang ditentukan. Jika guru disiplin, pasti peserta didik segan dan taat. Lebih daripada itu peserta didik menyadari bahwa disiplin memang menjadi kunci kesuksesan. Nasihat dan saran yang diberikan oleh seorang guru yang disiplin, pasti mudah diterima oleh para peserta didik.

Kedua, kejujuran. Kejujuran adalah soal hati yang lurus atau tidak berbohong; tidak curang (dalam mengikuti aturan yang berlaku). Siswa juga dituntut untuk memiliki nilai kejujuran dalam hidupnya. Sikap jujur selalu dibutuhkan dari seseorang dengan tidak dibatasi dimensi waktu dan ruang.

Guru berkewajiban untuk memberikan contoh soal nilai kejujuran ini kepada peserta didik. Selain memberikan pemahaman akan arti kejujuran, guru juga memberikan contoh dalam perbuatan sebagai wujud makna kejujuran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berlaku jujur terhadap sesama guru, siswa atau siapa saja baik di sekolah maupun di luar sekolah dalam bentuk tidak berbohong atau tidak berlaku curang.

Ketidakjujuran peserta didik dapat dilihat dari kebiasaan menyontek pekerjaan teman di kelas. Guna melatih penerapan dimensi kejujuran peserta didik, sekolah dapat memberlakukan satu tempat khusus sebagai ruang kejujuran yang secara populer disebut Kantin Kejujuran. Setiap peserta didik yang masuk dalam ruangan tersebut harus bertindak dan berlaku jujur.

Ketiga, kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk memiliki imajinasi dan daya cipta. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kreatif berarti memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Berkaitan dengan ini, peserta didik wajib memiliki imajinasi dan daya cipta yang tinggi. Para sisa dididik dan dilatih untuk menjadi insan pekerja kreatif.

Untuk menjadi kreatif perlu diawali dengan merangsang sisi imajinasi. Untuk menanamkan nilai kreatif ini kepada siswa, guru harus bisa memberikan teladan atau contoh dalam berbagai bidang tugas guru, seperti menulis karya tulis untuk publikasi, kreatif dalam menemukan metode mengajar di kelas dan kreatif dalam membuat bahan ajar. Keseringan siswa mendapat tugas portofolio atau pembelajaran berbasi project adalah salah satu bentuk latihan memunculkan nilai kreativitas dalam diri peserta didik

Keempat, kerja keras. Kerja keras artinya kerja dengan penuh kesungguhan. Setiap orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh pasti menuai hasil yang gemilang. Menanmkan nilai kerja keras kepada siswa harus berawal dari guru. Dengan kata lain, guru harus dapat memberikan contoh bahwa kerja keras dapat meraih tujuan atau cita-cita. Dalam kerja keras ada perjuangan.

Guru bertugas mendorong para siswa untuk bekerja keras dalam meraih prestasi. Dorongan yang diberikan itu tidak hanya lewat perkataan, tetapi juga melalui perbuatan nyata. Saya kira, dalam diri siswa, bisa ditemukan nilai kerja keras atau perjuangan. Misalnya, datang sekolah pagi hari sesuai dengan waktu yang ditentukan, mengikuti semua proses pembelajaran di sekolah dengan sungguh-sungguh, dan mengerjakan semua tugas yang diberikan. Siswa yang terlambat, atau bolos menunjukkan kurangnya pemahaman akan nilai kerja keras dan perjuangan.

Kelima, kemandirian. Kemandirian berarti mengandalkan kemampuan sendiri. Kemandirian berarti keadaan dimana sesorang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain (bdk. KUBI). Tujuan akhir penyelenggaraan pendidikan adalah menghasilkan output yang mandiri dalam cara berpikir, bertutur dan bertindak. Kemandirian dalam diri peserta didik dapat ditemukan dalam semua kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Mengerjakan tugas mandiri dan keseringan guru memberikan tugas mandiri kepada siswa adalah bentuk latihan menaburkan nilai kemandirian dalam diri peserta didik

Kesimpulan
Pendidikan karakter berhubungan dengan sejumlah nilai kebajikan yang sangat penting untuk dimiliki setiap pribadi peserta didik. Pendidikan karakter ini adalah bagian dari sejumlah kompetensi yang dituntut untuk dimiliki setiap peserta didik, di samping pengetahuan dan keterampilan.

Sarana yang dapat mengupayakan penanaman pendidikan karakter bagi peserta didik ada di sekolah, melalaui guru-guru dengan cara memberikan contoh yang baik dalam bentuk cara berpikir, bertutur maupun bertindak. Anak belajar dari contoh praktis yang diperlihatkan oleh para guru di sekolah. Memberi contoh nyata jauh lebih efektif ketimbang lusinan kata yang keluar dari mulut guru. *(NTT/RED)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *