Dari media sosial ke Masalah Sosial

Breaking News606 Dilihat

TRANSTV45.COM| Oleh: Saman Amirudin Patty.

Perkembangan tekhnologi informasi di era globalisasi ini memang cukup dahsyat seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Kehadiran Media sosial di masyarakat memang telah banyak berkontribusi terhadap kemudahan Masyarakat dalam berkomunikasi baik keluarga, sahabat dll.

Dengan media sosial, kita yang ada hari ini di Ibu Kota Kabupaten SBB bisa langsung terhubung dengan orang lain yang ada di Amerika, China, Rusia, Belanda dll.

Media sosial dapat membuat kita bisa berdiskusi dengan siapa saja baik kenal maupun tidak kita kenal. Bisa bertatap muka dengan siapa saja yang kita kenal maupun dengan yang tidak kita kenal.

Dengan media sosial, kita bisa berbelanja pakaian di Jakarta, Makassar, Bandung dll dengan mudah tanpa harus membuang ongkos yang mahal untuk ke sana. Mengecek Grup belanja online saja bisa kita dapatkan apa yg kita mau.

Mau ke luar kota dengan naik pesawat, tidak harus repot-repot keluar rumah untuk cek harga tiket dan membeli tiket. Cukup dengan aplikasi Traveloka dll sudah bisa kita beli Tanpa harus membuang-buang waktu keluar rumah.

Intinya, kehadiran Media sosial telah banyak memberikan kemudahan bagi kita dalam segala urusan. bisa mengakses apa saja hanya dengan Hp kita.

Akan tetapi, media sosial juga bisa menjadi tempat propaganda politik, menyebarkan kebencian, menciptakan Isu SARA bahkan bisa menciptakan Konflik horizontal maupun vertikal di masyarakat dengan Media sosial.

Pengaruh media sosial Telah menjadi dominasi bagi penggiringan opini publik makin kuat. Menjelma sebagai tempat mencari Informasi, media sosial seolah telah menjelma sebagai media arus utama tempat dimana masyarakat mencari informasi yang akurat.

Disinilah yang kemudian dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan narasi kebencian, melancarkan diksi adudomba, mempublikasikan informasi hoax untuk memecah belah masyarakat.

Bisa kita lihat di Kabupaten SBB akhir-akhir ini, Publik di porak-porandakan dengan berbagai macam isu sentimen agama, membangun sentimen suku, menyebarkan isu politik identitas untuk menciptakan sebuah iklim dinamika politik yang dapat merusak persatuan dan kesatuan orang Basudara di bumi Saka Mese Nusa.

Permainan Akun facke di beberapa Group Facebook SBB, dengan lahirnya Isu Penolakan Negri Loki sebagai Negri adat, kemudian di framing dengan berbagai macam narasi untuk saling menjatuhkan.

Dari dikotomi Pendatang Vs Pribumi, kemudian di giring ke Isu Agama lalu kemudian di goreng lagi dengan Huamual Vs Loki dengan meng cap Loki sebagai Antek Penjajah Belanda.

Isu-isu ini sengaja dimainkan untuk merusak interaksi dan integrasi sosial masyarakat Kabupaten SBB yang sangat Plural yang sudah terbangun sejak leluhur kita untuk membangun pengkotak-kotakan Antara Buton dan Pribumi, antara Islam dan Kristen, antara Huamual dan Kairatu Raya.

Apalagi masyarakat SBB hampir banyak masih belum melek literasi media sosial yang kadang kampanye Hitam di Grup-Group Facebook SBB itu dianggap benar. Celakanya, itu yang menjadi rujukan utama dalam berbagai kesempatan dalam debat kusir di media sosial kemudian menjalar hingga ke Masalah sosial di masyarakat.

Sadar maupun tidak sadar, kondisi ini sengaja di ciptakan kaum buzzer untuk membuat semacam garis demarkasi yang memisahkan sesama Masyarakat SBB dengan tujuan politik tertentu. Dan tentunya akan terpolarisasi di masyarakat yang masih belum melek teknologi.

Iming-iming Jabatan Bupati dari Kalangan Suku Buton karena daerah ini Mayoritas Suku Buton, kemudian Iming-iming Jabatan Bupati dari kalangan Islam karena Daerah ini Mayoritas Islam begitupun seterusnya.

Ini fakta yang terjadi.. Isu-isu yang dimainkan sekelompok Buzzer ini hanya akan melahirkan berbagai macam Polemik di masyarakat. Baik yang Beragama Islam maupun Kristen, yang Bersuku Buton maupun Pribumi, yang Huamual maupun Kairatu Raya dan jika tidak secepatnya di tanggapi serius oleh pemerintah maupun pihak penegak hukum, maka bisa saja akan terjaga konflik sosial di masyarakat.

Itulah Di dalam realitas media sosial, kepalsuan di pahami sebagai kebenaran, Rumor di tangkap sebagai informasi, Tanda di perlakukan sebagai realitas, Simularka di terima sabagai yang nyata. Sehingga ada jurang yang dalam antara citra media dengan realitas sosial.

Kita butuh kesadaran, Politik itu sesuatu yang penting, akan tetapi jangan jadikan Suku, Agama, Letak Wilayah sebagai pendulang suara untuk mencapai kepentingan elektoral. Daerah ini akan maju jika kita bisa berkolaborasi. Jadikan perbedaan itu sebagai alasan untuk bergandengan tangan demi kemajuan Bumi Saka Mese Nusa (SMS).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *