Proyek Jurassic Park Pulau Komodo, Malapetaka Bagi Faranus Komodo

Breaking News483 Dilihat
Angelina Purnama Ekasaputri. (Foto : Isth)

LABUAN BAJO- Peroyek pemerintah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) salah satunnya adalah “pembangunan Jurassic” di Pulau Rinca, yang terdapat dalam Kawasan taman Nasional Komodo, Manggarai Barat. Saat ini pembangunan di beberapa pulau dalam Kawasan itu sedang berlangsung yang akan menjadi destinasi wisata dengan konsep geopark terpadu.

Hal tersebut Ekasaputri Mahasiswa Universitas Katolik Santu Paulus Ruteng menilai langkah pemerintah tersebut sangat keliru. Pemerintah seharusnya mempertahankan habitat asli hewan andemik komodo di kawasan tersebut, jika ingin kadal raksasa itu menjadi kebanggaan Indonesia.

Komodo merupakan hewan langka yang merupakan satu-satunya di dunia. Apakah mau di korbankan?. Saya menilai, pembangunan ini justru akan menimbulkan kerugian non-material yang dampaknya lebih besar dari jumlah devisa yang akan diterima nantinya.

Dia menilai ada tiga (3) dampak yang akan ditimbulkan akibat pembangunan Jurassic Park di Tanam Nasional Komodo tersebut.

Pertama, dampak ekonomi.
Dengan adanya pembangunan ini, maka akan memicu pembangunan lain yang menopang strategis tersebut seperti hotel, dan pusat hiburan lainnya. Secara otomatis yang mendapat keuntungan ekonomis dari hal ini adalah investor.

Kedua, dampak terhadap lingkugan.
Dengan adanya pembangunan kawasan strategis tersebut akan mengorbankan kelestarian alam dan lingkungan di wilayah tersebut.

Ketiga, dampak sosial-budaya.
Pembangunan kawasan tersebut akan membuat masyarakat adat yang berada di sekitar wilayah tersebut semakin terpinggirkan”, tandasnya.

Dirinya berharap apabila pemerintah tetap ingin membangunan kawasan wisata terpadu tersebut, sebaiknya harus dilakukan di tempat lain yang berdekatan dengan pulau komodo.

Tujuannya, agar tetap menjaga keaslian dari pulau-pulau yang berada di sektar pulau Komodo. Sebap wisatawan baik wisata lokal maupun macanegara justu lebih meminati wisata alam asli dibandingkan wisata buatan.

Dengan begitu pembangunan pemerintah dapat berjalan tanpa merusak tatanan lingkungan yang sudah menjadi habitat alami dari hewan endemik komodo dan juga masyarakat adat di sekitar wilayah tersebut.

*(Penulis adalah Mahasiswa Unika St. Paulus Ruteng, Prodi Bahasa Indonesia Dan Sastra.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *