FKUB Kab. Tapanuli Selatan laksanakan Dialog Desa / Kelurahan Sadar Kerukunan Tahun 2022 di Kecamatan Marancar

Breaking News222 Dilihat

Tapanuli Selatan. – TransTV45.com| Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ) Kabupaten Tapanuli Selatan melaksanakan dialog desa atau kelurahan sadar kerukunan. Berkesempatan Hj.Rosnanni Pasaribu, S. Pd., MM Camat Marancar membuka kegiatan dengan ucapan basmallah, kegiatan yang bertempat di aula kantor Camat Marancar, Rabu ( 20/07/2022 ) jalan raya lintas Marancar, kec. Marancar kabupaten Tapanuli Selatan.

Hadir dalam kegiatan, Sekretaris Kesbangpol Tapsel Ajam Hasibuan,SH., Ketua FKUB Tapanuli Selatan H. Hamdan S. Agama., Camat Marancar Hj.Rosnanni Pasaribu, S. Pd., MM., Bhabinkamtibmas Aiptu Sayaman , perwakilan Danramil 01/Batangtoru Peltu M Daulay ( Babinsa) , Sekcam Marancar H. Asmar Sormin, S.Pd,SP., KUA kecamatan Marancar, Drs. Mara Laut Siregar ( Narasumber), Pdt. Mahincat Marpaung, S.Th. ( narasumber), peserta diikuti oleh tokoh agama umat islam , tokoh agama umat Kristen, tokoh masyarakat desa Haunatas , desa Tanjung dolok kecamatan Marancar.

Drs. Mara Laut Siregar ( narasumber), memaparkan Nalar Moderasi yakni memberi ruang bagi yang lain untuk berbeda pendapat., Menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang., Tidak mengabsolutkan kebenaran sendiri sambil kemutlakan kesalahan pendapat orang lain., Menolak pemaknaan tunggal atas suatu teks. Setiap kalimat selalu mungkin untuk ditafsirkan secara beragam., Tidak pernah membenarkan tindakan kekerasan atas nama apapun., Selalu terbuka untuk kritik yang konstruktif., Selalu mencari pandangan yang adil dan maslahat ( kebaikan) kehidupan bersama. ” terangnya.

Beliau juga menambahkan bahwa, Moderat dalam beragama berarti percaya diri dengan esensi ajaran agama yang dipeluknya, yang mengajarkan prinsip adil dan berimbang, tetapi berbagai kebenaran membangun masa depan bersama. Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu komunitas adat istiadat. Tetapi milik kita semua. Tegasnya.

Pdt. Mahincat Marpaung, S.Th ( narasumber dari agama Kristen) menyampaikan makalahnya yang berjudul Peningkatan kerukunan umat beragama ( sebuah catatan dalam perspektif Kekristenan), lazimnya orang beragama berkeyakinan bahwa kehidupan beragama selalu menjadi berkat bagi sesama. Agama punya relevansi bagi pengembangan peradaban manusiawi, karena agama mengajarkan jalan hidup yang baik dan benar. Kerukunan dapat dibangun didalam kasih, Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, ini menunjukkan kasih menjadi landasan hidup dan pedoman dalam membangun kerukunan hidup bersama. Perlu pemahaman atas ajaran agama lain seperti yang di sampaikan oleh bapak moderator muslim tadi memang sangat diperlukan oleh para pemuka agama agar nantinya tidak terjadi miskomunikasi. tuturnya.

Beliau juga menyampaikan bahwa, Tri Kerukunan Umat beragama tersebut ialah kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah, yang tujuannya agar masyarakat Indonesia bisa hidup dalam kebersamaan, sekalipun banyak perbedaan, terimakasih kegiatan ini telah di buat di wilayah kecamatan Marancar. Ujarnya.

Sementara, mewakili kaban Kesbangpol Tapanuli Selatan yakni Ajam Hasibuan, SH ( sekretaris) menyampaikan Peran pemerintah daerah dalam kerukunan umat beragama di kabupaten Tapanuli Selatan, kerukunan umat beragama dalam bingkai ke daerahan yakni Tapanuli Selatan sangat kental dengan Adat budaya Dalian Natolu. Dalam tataran budaya Adat Dalian Natolu ini sangat berdampak baik dalam kerukunan umat beragama, sendi – sendi kearifan lokal ( local wisdom) kedaerahan kita membawa angin segar buat toleransi. Ajaran Adat mengajarkan kedamaian sebagaimana yang tertuang dalam budaya Dalian Natolu tersebut dengan istilah ” Hormat Mar Mora, manat mardongan tubuh, elek maranak boru, ini menggambarkan sebuah kedamaian toleransi dalam kehidupan daerah kita, dari suku atau agama dari mana pun kalau dia Mora, kita harus hormat dan patuh, begitu juga elemen lain nya ” terangnya.

” Menyadari keberadaan kita didalam masyarakat heterogen, kita terpanggil untuk menumbuhkan dan mengembangkan persaudaraan ditengah – tengah masyarakat dan bangsa yang sedang menghadapi krisis. Masyarakat sangat rentan terhadap isu yang berkembang, oleh sebab itu peranan pemimpin agama, sangat penting dalam memberi informasi yang positif dan menghambat usaha – usaha memecah belah masyarakat, kita yakin bahwa para pemimpin agama masih didengar oleh umatnya, bahkan mungkin lebih didengar, dipatuhi, dibandingkan dengan pemimpin formal lainnya” Terangnya.

 

Ali Yusron Dgr.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *