Desa Wae Lolos Gelar Tarian Caci, Marten Mitar Sampaikan Hal Ini 

Breaking News485 Dilihat
Gelar Tarian Caci di Desa Wae Lolos, Marten Mitar, Ketua DPRD Manggarai Barat Turut Hadir. (Foto : Isth)

LABUAN BAJO-TRANSTV45.COM| Pada saat mengikuti acara adat Wagal yang menggelar Tarian Caci di Golo Langgo, Desa Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, kabupaten Manggarai Barat, Kepada sekelompok anak muda Martinus Mitar mengatakan, Jaga dan Rawatlah Tarian Adat Kita. Kamis (04/08/2022 ) kemarin.

Menurut ketua DPRD Manggarai Barat itu, dengan menjaga dan merawatnya, pergelaran caci tidak sekedar menjaga budaya semata, tetapi juga menjaga dan merawat masyarakat dan diri kita yang hidup dalam masyarakat dan budaya itu sendiri, budaya manggarai, kebudayaan tempat kita lahir, bertumbuh besar dan bereksistensi dalam taman NKRI bersama kebudayaan lainnya.

” Mengapa? karena caci dalam satu pukulan bukan “gelar-budaya-tarian-adu ketangguhan-emosional-fashion yang saling ikat berikat satu sama lain dalam peragaannya semata, lebih dalam dari semua itu caci memberi kita inspirasi mengenai kesetiakawanan, ketangguhan-ketahanan dan pelajaran etik dalam menghadapi kesukaan atau bencana segala bentuk, dlm rupa pukulan larik dan suka-duka/derita yang ditimbulkannya,” ungkapnya.

Ia juga mengatakan, sebagaimana pada caci, kesetiaan, ketangguhan dan etika terbukti telah dan pasti akan senantiasa diuji ke depan pada setiap persimpangan kehidupan yang kita alami bersama sebagai satu kawanan budaya.

” Itu tugas kita bersama dek, sebagai anak kandung kebudayaan dan terutama tugas generasi kalian sebagai penerus masa depan budaya manggarai,” katanya.

Kepada sejumalah anak muda yang hadir, Marten menyampaikan pesan bahwa agar bisa bertanggung jawab terhadap adat lebih khusus tentang keberadaan tarian caci pada saat ini.

” Pada masa generasi kami seumuran generàsi kalian saat ini, soal ini memang tampak samar-samar belum jelas rasa-rasanya sebagai juga tugas dan tanggung jawab generasi. tetapi dengan semua yang sudah saya katakan diatas maka semoga kalian mulai berani “memikul salib” ini sebagai tugas dan tanggung jawab kalian juga, seperti juga kami saat ini, sehingga menjadi tugas dan tanggungjawab kita bersama antar generasi” katanya.

Untuk itulah “lagu” ini saya “nyanyikan” dengan mantap hati, seperti kelong ( tarian ) setiap pemain caci saat pentas, ketika telah menunaikan tugas dan kewajiban yang dipikulkan tarian caci ke pundaknya,” imbuhnya.

Suasana keakraban begitu nampak, apalagi didukung suasana kampung yang begitu indah. Desa Wae Lolos memang salah satu desa wisata yang ada di Manggarai Barat. Marten memberikan gambaran sedikit terhadap sakitnya ketika terkena cambukan larik.

” Ayo, kita pikul ini sama-sama sehingga kesakitan yang timbul dari bekas pukulan larik dalam berbagai rupa pada badan kawan yang mengalaminya kita rasakan bersama di tubuh kita masing-masing, di tubuh sosial masyarakat kita, dalam perwujutan kita sebagai satukawanan budaya manggarai, seperti halnya kesukariaan di hari caci yang selalu menggembirakan hati kita karena selalu membawa kita kembali ke akar budaya yang melahirkan kita ke tengah dunia, dunia budaya berkebudayaan bangsa-bangsa dunia,” ungkapnya.

Diakhir pertemuan singkat tersebut, sekali lagi ia memberikan penguatan kepada mereka

” Itu tugas dan kewajiban kita sekarang, dek!!! kita bisa. kamu bisa, dek,” pungkasnya. *(RED)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *