Arisan Sastra XII Program Komite Sastra Bahas Puisi Pemalangan

Daerah, Pendidikan1108 Dilihat

Pemalang-TransTV45.com||Kegiatan ‘Arisan Sastra’ tiap bulan yang diadakan komunitas sastra di Pemalang, bertema puisi pemalangan.

Digelar di rumah Dr. Tri Mulyono Desa Widodaren Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang, pada Hari Minggu (23/7/23) mulai pukul 14.30 Wib sampai selesai.

Arisan Sastra dibuka dengan pembacaan puisi bahasa jawa dan sangsekerta oleh Ali Mashuri, selaku penyair dan pengamen jalanan dari Dukuh Balutan Kelurahan Purwoharjo Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang Jawa Tengah.

Dilanjutkan pembacaan puisi dengan judul “Brendhung Sarwodadi” karya Gelegar Prakoso yang dibacakan oleh Maitsa Rahma Habibatul Mar’ati selaku siswa kelas VI SD Negeri 03 Sarwodadi Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Putri dari Gelegar Prakoso selaku Wakil Ketua Komite Sastra Pemalang.

Selaku Ketua Komite Sastra Pemalang, Kustajianto menyampaikan bahwa dalam membahas puisi pemalangan tidak hanya berhenti pada diskusi tiap bulan, tetapi membuktikan pada masyarakat dalam bentuk buku antologi puisi.

Sesuai Arisan Sastra bulan lalu, telah disepakati, ciri khas puisi pemalangan tersusun dalam dua baris, empat baris dan satu baris, yang berarti menunjukan kelahiran Pemalang pada 24 Januari.

“Rumusan dua-empat-satu, jika dalam mengekspresikan jiwa belum puas maka kembali lagi pada rumusan dua-empat-satu dan bisa berulang-ulang,” paparnya.

Sedangkan Dr. Tri Mulyono selaku dosen Universitas Pancasakti Tegal menambahkan jika ada puisi yang tanpa menggunakan rumusan dua-empat-satu, asalkan bertemakan kehidupan masyarakat Pemalang dan bahasa jawa pemalangan, sudah tergolong puisi pemalangan.

“Perbedaan sebagian ‘kata’ dari masyarakat yang bertempat tinggal di Pemalang Tengah, Pemalang Selatan dan Pemalang Timur. Lebih baik kalimat dalam puisi yang disampaikan, sesuai bahasa jawa setempat. Agar menghasilkan puisi yang tidak terkesan dipaksanakan,” ungkapnya dalam memimpin diskusi yang meriah.

Dalam kesempatan yang sama, Suhari Putra Senja selaku pembina Komite Sastra Pemalang menegaskan bahwa membukukan puisi pemalangan, untuk dipasarkan dalam rangka tujuh belas Agustusan, tentu belum siap.

“Yang bisa dilakukan sekarang, mencetak ulang antologi puisi “Di Taman Patih Sampun”. Berdasarkan pengalaman selaku wartawan, banyak kepala desa di Pemalang yang siap membeli antologi puisi penyair Pemalang tersebut,” paparnya serius.

Diskusi yang hangat dan kekeluargaan berlangsung sampai pukul 17.20 Wib. Menyimpulkan, untuk melakukan cetak kedua antologi puisi “Di Taman Patih Sampun” yang berisi puisi anggota Komite Sastra Pemalang sejak tahun 2020. Akhirnya dengan membawa semangat yang menggebu untuk tetap eksis jadi penyair. Kembali ke rumah masing-masing sebelum terdengar adan maghrib.

Kk/Kus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *