Puisi Pemalangan Sumber Penelitian Ilmuwan Sastra, Tema Arisan Sastra Ke XIII

Daerah637 Dilihat

Pemalang Jateng-TransTV45.com||Arisan Sastra yang ke tiga belas berlangsung di rumah Bambang Mugiarto, Desa Bojongbata, Pemalang, Jawa Tengah, pada tanggal 19-8-2023 Hari Sabtu pukul 14.30 sampai selesai.

Hadir sepuluh orang, merupakan sastrawan asal Pemalang yang tergabung dalam Komite Sastra Dewan Kesenian Daerah Pemalang. Untuk menggali lebih dalam tentang puisi pemalangan, dengan tipografi sesuai tanggal bulan lahirnya Kabupaten Pemalang.

“Terdiri dari: paragraf pertama, dua baris dengan tutur bahasa Pemalang Selatan, paragraf dua dengan tutur bahasa Pemalang Timur dan paragraf tiga dengan tutur bahasa Pemalang Tengah. Semua menunjukan 24 Januari. Tipografi ini merupakan kesepakatan pada diskusi Arisan Sastra yang lalu. Agar lebih fokus jangan ditambahi dengan tahun sebab akan merasa kesusahan penyairnya dalam membuat puisi.” Ungkap Rust Gaok selaku guru SMK dengan nama asli Rustono, S.Pd.

Sedangkan Suhari Putra Senja menambahkan bahwa penyair yang akan membuat puisi yang lebih panjang, dengan cara mengulangi tipografi di atasnya yaitu dua baris, empat baris dan satu baris dan terus berulang-ulang.

Sementara itu, Bambang Mugiarto selaku Calon Legislatif Daerah Pilihan X Jawa Tengah yang juga budayawan menerangkan keunikan tutur bahasa warga Pemalang.

“Itulah kekayaan tutur bahasa warga Pemalang. Sebelah Selatan atau daerah punggung yang memang berbukit-bukit, kata dan intonasinya terpengaruh Kabupaten Banyumas. Warga Pemalang Selatan kata dan intonasinya terpengaruh Kabupaten Pekalongan. Sedangkan Pemalang Tengah dipengaruhi kata dan intonasi Kabupaten Tegal dan dari  Negara Malaysia.” Ungkapnya.

Sedangkan Kustajianto selaku Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Daerah Pemalang menyampaikan bahwa menggali puisi pemalangan yang sedang dilakukan teman-teman bukan pekerjaan ringan.

“Sebab penyairnya terjun langsung untuk melakukan penelitian seperti ilmuwan sastra, hal baru dan berat bagi kita.” Ujarnya.

Iwang Nirwana yang rajin baca puisi dimana-mana dengan sanggar yang dipimpinya, kebetulan tinggal di Kota Tegal menyampaikan analisanya.

“Di Tegal, rata-rata sama, baik kata atau intonasi. Memang uniknya di Pemalang yang membuat kita harus meluangkan waktu disela-sela kesibukan masing-masing, pada penelitian puisi pemalangan.” Terangnya.

Lukman Al-Fariz, S.Pd., M.Pd; selaku dosen dan laris mementaskan badut-badutan, menerangkan bahwa bergulirkan gagasan puisi pemalangan akan jadi angin segar bagi ilmuwan sastra untuk membuat skripsi, tesis atau disertasinya.

Diskusi ditutup dengan baca puisi yang dilakukan spontan oleh peserta dalam ruangan luas yang dikelilingi ukiran dan lukisan indah.

Aji Sopian Nugroho, S.Pd; selaku Sekretaris Komite Sastra membacakan hasil dan kesimpulan diskusi pada tanggal 19 Agustus 2023. Menyimpulkan, bahwa tipografi puisi pemalangan tetap dua baris paragraf pertama, empat baris paragraf kedua, satu baris untuk paragraf ketiga dan berulang-ulang jika puisinya panjang.

Kukuh/Kus

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *