Bengkayang, Kalbar – TransTV45.com || Bidai bide atau Kassah bide merupakan hasil Seni Karya Tradisional Masyarakat Bidayuh yang berbentuk lembaran anyaman, dan terbuat dari kulit kayu dan rotan. Pada masa lalu bidai atau kassah bide banyak digunakan untuk menjemur hasil panen berupa padi-padian atau palawija, dan juga digunakan untuk perlengkapan rumah, baik untuk alas tidur atau fungsi lainnya yang sejenis.
Karena bahan baku utamanya yang terbuat dari rotan kecil yang dan kulit kayu, bidai atau kassah bide’ ini memiliki bentuk anyaman yang khas alam serta kuat atau tahan lama. Sekalipun itu pernah atau sering terendam air dan terkena panas matahari langsung.
Salah satunya anyaman bidai asal jagoi babang, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalbar.
Kita semua tahu dimana bahan produk lokal merupakan produk yang diproduksi di dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki ciri khas yang unik. Produk lokal menyimbolkan identitas suatu daerah dan memegang peran penting dalam mempertahankan warisan budaya dan tradisi.
Sementara, kemajuan teknologi dan globalisasi telah mempengaruhi pasar domestik, menyebabkan produk lokal sering kali dikalahkan oleh produk impor. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat desa, permintaan untuk produk lokal semakin meningkat.
Ketua Koperasi Produsen Bung Topui Labag Luag Supardi saat diwawancarai awak media mengatakan semua hasil anyaman dari rotan seperti anyaman Bidai, Bakul,Takin, Tambok, Pungki, dan masih banyak produk lainnya yang tentunya akan kita pasarkan.
Supardi juga menjelaskan untuk anyaman Bakul dimana anyaman baku ini ada dua jenis yang pertama anyaman bakulnya ada tali untuk di jinjing, sementara anyaman bakul yang satu lagi berfungsi bisa untuk tempat sampah, tempat beras, dan sayur-sayuran, begitu produk anyaman Pongki untuk kegunaan untuk mengangkut tanah bahannya dari rotan, ada juga produk jenis anyaman bidai dari kulit kayu yang berasal dari Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang.
Supardi juga mengatakan untuk kulit kayu di Jagoi Babang sekarang ini sangat susah didapatkan lagi, karena faktor hutan sudah habis.
“Untuk kerajinan tangan dari Jagoi Babang ini kita pasarkan yang pertama kalinya ke kota Pontianak setelah itu baru arah ke Kabupaten Bengkayang, bahkan produk anyaman kita ini ada kita jual ke Malaysia juga tentunya dalam hal ini dimana setiap ada orang pesan maka disitu kita akan kirim,” ucap Supardi.
Supardi juga menambahkan untuk pemasaran dan penjualan di Malaysia omsetnya lumayan dan sangat menjanjikan di bandingkan di dalam negeri.
“Kalau di Malaysia harganya agak lumayan tinggi berbeda dengan penjualan di Indonesia, untuk di lapangan selama ini tidak ada kendala apa-apa semua berjalan lancar hanya saja selama ini barang kerajinan ini sulit untuk menjualnya apalagi barang masuk ke Malaysia masih sangat sulit,” ucap Supardi.
“Terkait ijin ini kan program UMKM tentunya ada Dinas terkait yang menangani untuk perijinannya apakah ijin untuk ekspor dan impor itulah kendala kami selama ini dan itu belum kami buat ijin-ijinnya, jadi orang Malaysia langsung datang beli ke Jagoi Babang,” ucapnya.
“Harapan saya tentu kedepannya semakin banyak masyarakat yang datang ke Jagoi Babang untuk belanja produk anyaman yang kami buat ini, seperti Bidai produk ini yang sering di lirik oleh masyarakat baik masyarakat lokal maupun dari Malaysia,” tutupnya.||Jurnalis:Wisnu Dc
Sumber : Rinto Andreas