Bengkayang – Kalbar, TransTV45.com || Event Budaya Ngarantek Sawa’ Bahu ke-8 Kecamatan Lumar yang di gelar pada 9 Juni sampai dengan 10 Juni 2024 sukses terselenggara di Ramin Adat Banua Lumar.
Hadir dalam Event Budaya ini Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat; Wakil Bupati Bengkayang; Pimpinan DPRD Kabupaten Bengkayang dan Anggota; Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkayang; Forkopimda Kabupaten Bengkayang; Bupati Kedua Kabupaten Bengkayang; DAD Kabupaten Bengkayang; Kepala Banua Se-Kabupaten Bengkayang; Ketua TP-PKK Kabupaten Bengkayang; Pimpinan OPD dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bengkayang; Camat Lumar; Kepala Desa, Dusun serta Kepala Adat Kecamatan Lumar; serta Organisasi Kepemudaan dan Kemasyarakatan.
Dalam tradisi orang dayak, khususnya Bakati’ Lumar, kegiatan Ngarantek Sawa’ Bahu yang pada hakekatnya merupakan ungkapan syukur dan permohonan kepada Tuhan yang maha kuasa agar memperoleh petunjuk, perlindungan serta berkat dalam memulai tahun yang baru yang artinya Ngarantek Sawa’ Bahu ini adalah tutup dan mulai tahun tanam yang baru.
Tema yang dipilih tahun ini yaitu “Penguatan Adat dan Budaya Dayak Melalui Sektor Pertanian., Ite Maseh Ba Uma.” Dimana tema ini sebagai langkah maju dalam memanfaatkan sektor pertanian, dengan memanfaatkan sebaik mungkin sarana pertanian yang ramah akan lingkungan serta bijak dalam menjaga keseimbangan alam.
Tatangan terbesar masyarakat Dayak diera kemajuan teknologi sekarang ini adalah bagaimana generasi muda dapat memelihara adat dan budaya yang ada dan berperan aktif dalam pembangunan nasional. Untuk itu Sebastianus Darwis, S.E.,M.M Bupati Bengkayang berpesan “jangan hanya berpuas diri menjadi pengguna akhir teknologi, tetapi mulailah mengambil peran yang lebih luas lagi dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral dan etika yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita”.
Jika dinegara lain Budaya sudah dijadikan sebagai ” Senjata Perang” Maka itu kita sebagai masyarakat yang berbudaya kita jadikan Budaya ini sebagai benteng pertahanan dari ancaman budaya lain yang bisa merusak budaya kita, dengan kita menjadikan budaya dan adat kita dapat membuat perubahan sosial yang signifikan bagi masyarakat adat kita sendiri. Tambahnya.||Junalis:Wisnu Dc.
(Diskominfo Bengkayang/prokopim)