Aksi Damai Warga Kecamatan Sibiru-biru Deli Serdang Tentang Tanah Bendungan Lau Simeme Milik Warga Berakhir Kecewa

Berita, Daerah37 Dilihat

 

 

 

 

 

 

Sumatera Utara -(7-11-2024) TransTV45.Com||

Menahan kesedihan disebabkan oleh sebuah kepahitan yang mendalam di hati , kini 200 KK warga dari 5 desa di kecamatan STM Hilir kabupaten Deli Serdang sebagai korban kemunafikan para mafia tanah yang di peruntukan untuk bendungan Lau Simeme.

Kali ketiga unjukrasa aksi damai di kantor BWS Medan Sumatera Utara Kamis ( 07-11-2024) beralamat di jalan A.H.Nasution Pangkalan Mansyur Medan tetap tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan , kecewa dan sedih merundung hati dan fiqiran warga korban dari pembangunan bendungan Lau Simeme

Pimpinan tertinggi Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera II Agus Safari dan Kasatker Bidang Pembangunan dan Bendungan Maruli T.G Simatupang selaku penanggungjawab atas objek tanah masyarakat yang terkena pembangunan Bendungan Lau Simeme yang telah di resmikan oleh Presiden Republik Indonesia H.Joko Widodo pada bulan yang lalu.

Diduga selaku yang bertanggung jawab terkait yang dialami para korban yaitu mendapatkan keadilan atas tanah warga di 5 desa kecamatan Sibiru-biru Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera II dan Kasatker diduga tidak bertanggung jawab kepada warga, tanah hingga saat ini belum dibayar namun warga tidak mendapatkan kejelasan, seperti di hari ke tiga ini Kamis (07-11-2024 ) aksi damai terkesan tidak ada manfaatnya hanya buang waktu dan membuang tenaga dan uang sia-sia belaka, kita sudah merdeka mengapa warga masih di jajah dan di bodohi , tanah di rampok dan air juga kami beli.

Nande Barus warga masyarakat yang turut serta dalam aksi unjuk rasa damai kepada media mengatakan ” Kami merasa di bodohi dan tanah kami di rampok katanya saja kita sudah merdeka , mana buktinya yang merdeka itu negara Indonesia bukan warganya , bila memang betul merdeka mengapa kami masih tetap di jajah tanah kami di rampok dan kami di anggap binatang. Katanya saja tanah airku tetapi tanah kami di rampok dan air kami harus beli disaat kami haus” rintihnya

Lanjut nande Barus ” Bapak Presiden Republik Indonesia bapak Prabowo kami mohon bantu dan lihat kami 200 keluarga tanah kami diambil tapi tidak dibayar, bagaimana nasib kami pak Presiden, mau dimana kami mencari kehidupan dan di saat kami meninggal dunia mau di kubur dimana jasad kami , apakah akan di kubur di kantor BWS Medan ini (?) Bapak Presiden Prabowo tolong kami pak, mohon keadilan dan kebenaran demi kelangsungan hidup kami kedepan ” tangisnya

Ferdi Tarigan Koordinator Aksi Unjuk Rasa damai saat di konfirmasi mengatakan ” Kami datang ke Kantor Balai Wilayah Sungai Sumatera II Medan melakukan unjuk rasa damai dengan tujuan untuk meminta perhatian dan keadilan hukum selama ini tanah kami di ambil untuk bendungan Lau Simeme mengapa sampai detik ini belum di bayar juga. Kami manusia yang butuh makan dan ingin bertahan hidup , tanah yang diambil itu untuk kehidupan kami , warga yang selama demi mempertahankan untuk hidup yang bekerja bercocok tanam kini lokasi dan tanah kami di ambil dan tidak di bayar, bagaimana nasib kami nanti apa yang akan kami makan bila tidak ada lahan untuk kami tanami untuk bertahan hidup, kami bukan binatang mengapa kehadiran kami di abaikan , dimana tanggungjawab pimpinan BWS yang harus bertanggung jawab, hari ke tiga kami unjuk rasa namun tidak bisa bertemu kepada yang bertanggung jawab dalam pembayaran tanah kami, kalau bukan ke BWS namun kemana lagi kami meminta pertanggungjawaban” jelasnya

Masih jelas Ferdi ” Tetapi kami tidak menyerah karena yang kami perjuangkan hak kami , tanah milik kami dan kami bukan pencuri atau perampok kami unjuk rasa damai ini benar-benar murni ingin hak kami di berikan dan meminta keadilan hukum karena tanah kami di ambil terkesan di rampok karena pihak-pihak terkait kami duga tidak bertanggung jawab, kami akan tetap menindaklanjuti permasalahan kami ini kepada DPR RI dan Ke Bapak Presiden RI bapak Prabowo kami ingin hak kami dan meminta keadilan” tutupnya.

Hingga hari ke tiga hasil yang di dapat hanya sebuah kekecewaan mendalam, keputusan dan jawaban untuk pembayaran tanah yang di duga telah di rampok dan di gunakan untuk bendungan Lau Simeme tidak membuahkan yang di inginkan kecuali HARAPAN HAMPA tiada KEPASTIAN, diduga Pimpinan BWS beserta Oknum terkait adalah penjahat besar lebih besar dari Mafia . Mereka raja mafia penghisap darah warga masyarakat.

( DS Tim )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *