Pemalang-TransTV45.com|| Kolaborasi Omah Budaya dengan Komite Sastra Pemalang, membentuk panitia lomba menulis cerita untuk guru sekolah lanjutan tingkat pertama. Dibahas di Taman Patih Sampun Pemalang pada Hari Minggu, 15-10-2023.
Seperti biasanya, seniman yang tergabung dalam Omah Budaya Titi Sekar Pemalang dan Komite Sastra Pemalang, meski jumlahnya banyak, yang hadir hanya beberapa orang sebab yang lain punya kesibukan yang tak bisa diganggu-gugat.
Diskusi yang dipimpin Rust Gaok (Rustono) dimulai pukul 16.00 Wib dan selesai pukul 18.00 Wib dengan dua tema. Pertama melanjutkan pendalaman Puisi Pemalangan kedua membentuk panitia dan diskusi persiapan lomba menulis cerita rakyat untuk guru sekolah lanjutan tingkat pertama.
Menurut Rust Gaok selaku pengajar di sebuah SMA menyampaikan bahwa dalam mata pelajaran sekarang, tidak dicantumkan kesusasteraan.
“Namun demikian, karena saya penyair, tentu dalam pelajaran Bahasa Indonesia, saya sampaikan dengan menarik apa itu sastra. Sebab siswa-siswaku adalah generasi yang akan melanjutkan budaya sastra yang akan datang,” ungkapnya.
Kustajianto selaku Ketua Komite Sastra Pemalang menyampaikan bahwa guru sekolah, dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, punya peran penting dalam memperkenalkan kesusasteraan.
“Kebetulan guru saya waktu SMP, termasuk penyair, sangat menarik dalam mengajarkan kesusasteraan, hingga saya jatuh cinta pada sastra,” ujarnya.
Sementara itu, dokter yang juga penyair, dokter Dede Joko Wibowo menyampaikan, di daerah kelahiranya di Sumatra, waktu sekolah setiap tahunya diadakan lomba menulis cerita dan baca puisi.
“Hal itu yang membuat saya dan beberapa teman-teman jadi tertarik dengan sastra, bahkan sampai hari ini membuat puisi di sela-sela kesibukan,” paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Atik Tukiran Mediarto selaku pendidik dan Ketua Omah Budaya menyampaikan bahwa di pantai Kendalrejo Kecamatan Ampelgading Kabupaten Pemalang digelar pameran buku. Pengunjung ratusan orang hanya dua wanita yang tertarik untuk melihat-lihat buku.
“Hanya dua wanita saja yang bertanya dan tertarik untuk baca-baca buku yang saya pamerkan. Ini berarti kemunduran minat sastra pada generasi muda di Kabupaten Pemalang, karena dari dulu tidak seperti ini,” terangnya.
Beberapa komentar dari Salamsih dan Suhari Putra Senja menambah semarak diskusi yang bertemakan cerita rakyat daerah masing-masing peserta. Cerita rakyat yang sudah dikenal Penduduk Pemalang dilarang untuk disertakan lomba. Diprioritaskan cerita desa kelahiran para peserta.
Kustajianto