Bernilai Islami, Hajah Leni Larut Dalam Tradisi Kedurai Apem

Daerah119 Dilihat

Lebong-TransTV45.com|| Selain tabut, Bengkulu memiliki tradisi kebudayaan yang kaya. Salah satunya adalah tradisi Kedurai Apem di Kabupaten Lebong yang telah dimulai sejak lama oleh masyarakat di daerah tersebut dan masih terus dilestarikan hingga saat ini.

Ketua Badan Koordinasi Majelis Taklim Masjid Dewan Masjid Indonesia (BKMM-DMI) Provinsi Bengkulu Hj Leni Haryati John Latief bersama Wakil Bupati Lebong Fahrurrozi belum lama ini ikut larut dalam pelaksanaan Kedurai Apem yang dilaksanakan di Kabupaten Lebong.

“Tradisi ini pulai nilai Islami yang begitu tingi, karena di situ ada ungkapan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala, ada pembacaan doa, menjadi ajang silaturahmi, menonjolkan semangat gotong royong dan lain-lain,” kata Hj Leni Haryati John Latief.

Perempuan berhijab kelahiran Taba Anyar 31 Oktober 1964 ini menjelaskan, rasa syukur yang dipanjatkan tersebut diyakini oleh masyarakat akan membuat Allah subhanahu wa ta’ala menjauhkan kampung mereka dari musibah, malapetaka.

“Alhamdulillah wakil bupati, para kepala dinas, ketua adat, para camat, para kepala desa di Kecamatan Lebong dan Bingin Kuning hadir dan berbaur bersama masyarakat. Efektif sekali sebagai sarana bersilaturahmi,” ujar Hj Leni Haryati John Latief.

Alumni SMP Negeri Tes ini menambahkan, masih bertahannya eksistensi tradisi Kedurai Apem di tengah modernitas dan derasnya arus globalisasi menerpa Indonesia merupakan sebuah prestasi membanggakan bagi masyarakat Kabupaten Lebong.

“Semoga Kabupaten Lebong senantiasa Allah jauhkan dari balak, wabah penyakit, musibah, malapetaka. Kemudian Allah jadikan Lebong, Bengkulu pada umumnya, sebagai daerah yang aman, tentram dan sejahtera,” ungkap Hj Leni Haryati John Latief.

Wakil Bupati (Wabup) Lebong Fahrurrozi mengenai tradisi ini menekankan komitmen dan dukungan untuk melestarikannya. Menurutnya, budaya adat Kedurai Apem ini merupakan tradisi yang dimiliki Lebong khususnya masyarakat di Kecamatan Lebong Tengah dan Bingin Kuning.

“Sebagai warisan leluhur, tradisi ini sangat penting dan harus tetap dilestarikan,” demikian Wabup Fahrurrozi.

Untuk diketahui, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat adat Lebong dalam sehari setiap tahun pada bulan Oktober sebelum masyarakat turun menanam padi.

 

By fb

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *