Komunitas Harus Jadi Garda Terdepan Dalam Upaya Akhiri Virus HIV AIDS

Nasional185 Dilihat

Yogyakarta-TransTV45.com||  Pemerintah telah menetapkan target untuk mengakhiri AIDS di tahun 2030. Komunitas memegang peran strategis dalam upaya mencapai target tersebut. Hal itu diungkapkan Ketua Panitia Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2023 yang digagas CD Bethesda Yogyakarta dan Jaringan Advokasi HIV AIDS (JAVA) DIY, Ghanis Kristia dalam keterangan persnya.

“Komunitas dapat mengakhiri AIDS bila diberikan kesempatan untuk memimpin. Organisasi masyarakat yang hidup dengan HIV, atau terkena dampak HIV adalah garda terdepan dalam penanggulangan HIV,” papar Ghanis.

Project Manager Community Development (CD) Bethesda ini mengatakan, partisipasi masyarakat merupakan aspek yang potensial untuk menunjang upaya penanggulangan HIV dan AIDS.  Bahkan, selama ini upaya promotif dan preventif cenderung banyak dilakukan oleh sektor komunitas.

Dalam keterangan persnya Ghanis Kristia menyatakan, Hari AIDS Sedunia yang diperingati 1 Desember 2023 ini juga mengusung tema “Bergerak Bersama Komunitas”. Diharapkan, peringatkan kali ini akan menjadi momentum penting bagi komunitas untuk mengambil peran dalam upaya penanggulangan HIV.

Wahyu Priyo Saptono, S.Pd., M.Pd; dari CD Bethesda menyampaikan harapan besar pada hari Aids sedunia 2023 yang berlangsung Jumat, 01/12/2023 di Lt. 2 Ballroom Hotel Tjokro Style Jl. Menteri Supeno No.48, Sorosutan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55161 bergerak bersama komunitas, akhiri Aids 2030 bisa tercapai dengan kolaborasi dan kepedulian Pemerintah, DPRD dan komunitas serta masyarakat bersama dan bersatu padu dalam penanggulangan HIV Aids.

Sementara itu, Koordinator JAVA DIY Agus Triyanto mengatakan, komunitas dapat menghubungkan orang dengan HIV (ODHIV) dengan layanan kesehatan. “Harapannya, komunitas membantu ODHIV memperoleh pelayanan yang manusiawi, membangun kepercayaan, memantau pelaksanaan kebijakan dan layanan, hingga meminta pertanggungjawaban penyedia layanan,” kata Agus.

Rangkaian kegiatan memperingati Hari AIDS Sedunia 2023 yang diusung CD Bethesda dan Jaringan Advokasi HIV AIDS (JAVA) DIY ini antara lain Lomba Video Pendek tentang “Kepemimpinan Komunitas dalam Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS”, pendidikan HIV dan AIDS bagi remaja gereja, serta talkshow dan bazaar komunitas yang dibuka oleh Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS DIY.

Secara kumulatif, hingga bulan September 2023 jumlah kasus HIV di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebanyak 7.446 kasus, sebanyak 2.212 diantaranya merupakan kasus AIDS. Sementara jumlah layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan  DIY adalah 123 layanan, dan yang sudah melayani pasien sebanyak 74 layanan atau sekitar 60 persen.

Narsum pertama Retno Sudiyanti, S.H., Anggota Komisi A DPRD DIY menyampaikan komitmen pemerintah DIY dalam penanganan HIV Aids melalui Perda DIY membuktikan kepedulian DPRD DIY untuk penanggulangan HIV Aids, mendorong melalui berbagai macam anggaran langsung ke dinas Kesehatan DIY, Kota/Kabupaten dan turun ke Kalurahan / Kelurahan 10-20 jt untuk penanggulangan HIV Aids, edukasi masyarakat dan penanganannya,” Retno imbuh ketua pansus pemajuan Kalurahan/Kelurahan.

Setiyo Harini, S.K.M., M.Kes., Sub Koordinator Kelompok Substansi Program dari Dinkes DIY narsum kedua menambahkan terkait target 3 zero untuk upaya pencapaian salah satu penyusunan Pergub untuk penanggulangan. Perbaikan layanan, publikasi dan sosialisasi terus digalakkan.

Ola narsum ketiga dari komunitas transpuan terus melaksanakan pendekatan dari gelisahan/ketakutan komunitas transpuan untuk lebih berdaya dalam menangani ketakutan dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sehingga lepas dari stigma diskriminasi, sedang peran pemerintah dianggap sudah baik,” lanjut Ola.

Peran komunitas di aspek pemberdayaan, kesadaran perubahan perilaku, kebutuhan hidup membuat peran peran agak terbatas,” tutup Ola.

Kak Pram dari Pita Merah narsum keempat melihat penerimaan masyarakat terkait stigma diskriminasi baik dari keluarga, masyarakat maupun dari tenaga kesehatan ternyata masih ada. Pembiaran dari pihak keluarga dan penolakan dari Rumah Sakit UGD terdekat dari pasien menjadi kendala tersendiri. Belum berdamai dengan diri sendiri menjadi problem komunitas dalam pencegahan dan penanganan HIV Aids,” ucap Kak Pram.

Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWOI) Jogja K. Herman Setiawan yang hadir bersama sekretaris Indri Natalita menyampaikan perlunya regulasi yang tepat dan solutip dari legislator mengingat tinggal 7 tahun lagi menuju 2030 untuk pencapaian Indonesia bebas Aids.

dimana dari data penulisan wartawan selalu tercatat korban HIV Aids seperti gunung es yang tidak bisa secara akurat diketahui perkembangan di masyarakat, atas dasar masih adanya malasnya korban yang terindikasi terinveksi untuk berobat secara mandiri biasanya menunggu parah baru berobat, sedang basis data yang dipakai dari dinas kesehatan. Perlu cara penjangkauan dilapisan masyarakat rentan terindikasi, para ibu rumah tangga yang jarang periksa tetapi memiliki resiko dari suami, para korban pelecehan seksual yang tidak berani melapor, penyimpangan seksual, penggunaan jarum suntik bersama, dll yang relatip menjauhi dari pemeriksaan kesehatan.

Di sesi akhir acara ditayangkan tampilan pemenang kompetisi video pendek dengan tema ‘Kepemimpinan Komunitas dalam Penanggulangan HIV dan AIDS’. :

Juara 1: Muhammad Ihsan Hakiki dengan judul ‘A Man with Red Ribbon’ (Yogyakarta) Rp 2.000.000

Juara 2: Arief Prabowo dengan judul ‘Ingat Komunitas, Ingat MEDAN BUNG’ (Medan Plus) Rp 1.500.000

Juara 3: Justin Jonathan dengan judul ‘HIV?’ (SMK BOPKRI 1 Yogyakarta) Rp 1.000.000.

Sumber Herman

Red

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *