Pelestarian Budaya: Ibu Engkur Tetap Setia Memasak Dengan Tungku Dan Kayu Bakar

Daerah63 Dilihat

Garut||TrensTV45.com|| 29 Mei 2024Di tengah modernisasi dan kemajuan teknologi, Ibu Engkur, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Lebak Jero, Desa Simpang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, tetap setia melestarikan warisan leluhur dengan memasak menggunakan tungku dan kayu bakar. Meskipun kompor gas sudah umum digunakan, bagi Ibu Engkur, metode tradisional ini memberikan kenyamanan dan cita rasa yang lebih baik pada masakannya.

 

Menurut Ibu Engkur, memasak dengan tungku kayu bakar tidak hanya memberikan aroma dan rasa yang lebih nikmat, tetapi juga membuatnya merasa lebih aman dan nyaman. “Saya lebih nyaman dan nikmat memasak pakai tungku dan kayu bakar dibandingkan dengan kompor gas. Aroma dan rasa masakannya lebih enak,” ungkapnya.

 

Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penggunaan kompor gas, yang dianggap lebih ribet dan berisiko jika terjadi kebocoran gas. “Menggunakan kompor gas bagi saya terasa ribet dan ada kekhawatiran jika gas bocor. Sedangkan memasak dengan tungku kayu bakar membuat saya merasa aman,” tambah Ibu Engkur.

 

Selain alasan praktis dan keamanan, Ibu Engkur juga memiliki alasan yang lebih mendalam untuk tetap menggunakan tungku kayu bakar. Bagi dirinya, cara memasak ini merupakan bagian dari warisan budaya nenek moyang yang tidak boleh dihilangkan. “Budaya ini adalah warisan dari nenek moyang kita yang harus dijaga. Saya tidak ingin warisan ini hilang,” tegasnya.

 

Pilihan Ibu Engkur untuk tetap memasak dengan cara tradisional ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya di tengah derasnya arus modernisasi. Budaya memasak dengan tungku kayu bakar tidak hanya menyangkut teknik memasak, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai tradisional dan kebersamaan dalam keluarga.

 

Meskipun teknologi memasak terus berkembang, langkah Ibu Engkur untuk tetap setia pada cara memasak tradisional mendapat apresiasi dari masyarakat setempat. Banyak yang melihat pilihan ini sebagai upaya menjaga identitas budaya dan mempertahankan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

 

Ibu Engkur berharap agar generasi muda juga dapat memahami dan menghargai pentingnya warisan budaya ini. “Saya berharap anak-anak muda juga mau belajar dan menjaga budaya memasak dengan tungku kayu bakar, agar warisan ini tidak hilang dan tetap bisa dinikmati oleh generasi berikutnya,” tuturnya.

 

Melalui tindakan sederhana namun penuh makna ini, Ibu Engkur mengajarkan bahwa melestarikan budaya tidak selalu harus dengan cara yang besar dan rumit. Kadang, dengan tetap setia pada kebiasaan dan tradisi sehari-hari, kita sudah berkontribusi dalam menjaga dan merawat warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *