Pertahankan Wilayah Adat dan Kelestarian Alam, Desa Batu Lintang Masuk 50 Besar ADWI 2024

Berita75 Dilihat

Kapuas Hulu, Kalbar – TransTV45.com || Tim dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) turun lapangan, melakukan visitasi ke Desa Wisata Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Sabtu, 7 September 2024 dalam rangka penilaian 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024.

Visitasi dipimpin langsung Florida Pardosi, Direktur Tata Kelola Destinasi, didampingi 2 dewan juri Sugeng Handoko dan Reza Permadi, dan disambut oleh seluruh unsur terkait dari unsur desa, kecamatan, hingga kabupaten dan provinsi.

Saat menyampaikan laporan pada visitasi Tim Kemenparekraf dan Dewan Juri, Kepala Desa Batu Lintang, Raymon Dosermang menyampaikan, sejarah singkat perjuangan hingga masuk 50 besar AWDI 2024, sebelum memperoleh SK dari Menteri sejarah perjuangannya tidak mudah dan panjang. Sekitar tahun 70-an, desa ini adalah daerah konsesi dari salah satu perusahaan.

“Masyarakat keras mempertahankan wilayah ini dari aktifitas perusahaan yang mendapat konsesi. Masyarakat dengan kompak menolak agar perusahaan tidak masuk ke wilayah kita. Setelah waktu berjalan akhirnya masyarakat ber inisiatif untuk melakukan pemetaan partisipatif, karena selama ini tidak jelas ya wilayah adat kita. Kami tetap mempertahankan ini adalah wilayah adat kami, walaupun belum jelas dan batasnya,” katanya.

Akhirnya masyarakat berkolaborasi dengan MJO, yang kemudian memfasilitasi GPS untuk pemetaan wilayah. Sehingga pada tahun 1998, dibuat peta dusun. Dan pada tahun 2004 dapat diketahui peta wilayah untuk tetap mempertahankan masyarakat adat.
“Tahun 2008, kita mendapat sertifikat ECO label, diserahkan oleh Menteri Kehutanan. Wilayah adat ini merupakan amanah leluhur yang kami jaga untuk masa depan anak dan cucu. Maka kami dengan sadar bahwa alam wilayah adat yang kami miliki itu tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kami,” tambahnya.

“Makanya kita dengan kompak masyarakatnya, Bersatu padu antara generasi yang tua dengan generasi yang menengah dan generasi muda. Harapan kita ini semakin solid,”ujarnya.
Pada tahun 2011, Desa Wisata Batu Lintang mendapat piagam penghargaan wana lestari dan menjadi desa teladan penghuni tingkat nasional di ajang lomba ajang PKA (Perlombaan Konservasi Alam). Kemudian tahun 2019 kita mendapatkan piagam dari PBB di New York.Selain itu, Desa Wisata Batu Lintang juga mendapat Penghargaan Kalpataru dalam kategori penyelamat lingkungan. Dan pada tahun 2023 kembali mendapat piagam penghargaan dari pemerintah Portugal terkait dengan komunitas yang memperjuangkan lingkungan.

“Kita mendapat manfaat dari menjaga lingkungan ini, dengan adanya alam yang masih bagus, kehidupan masyarakatnya juga masih kental dengan adat istiadat ini merupakan suatu berkat dari Tuhan, bahwa kami menjaga alam dana alam juga berkontribusi buat kita,” katanya.

Di Desa Batu Lintang terdapat dua dusun punya potensi yang sangat bagus, yaitu wisata alam dan wisata budaya dan wisata minat khusus. Ada satwa burung rangkong, dan 104 jenis burung yang menjadi kekayaan yang luar biasa.

Raymond menambahkan, masyarakat di desanya punya filosopi, hutan itu ibarat bapak, dan tanah ibarat ibu, sungai itu ibarat darah. Di hutan bisa mendapatkan berbagai macam kebutuhan, seperti bapak memberikan kebutuhan anaknya. Dan tanah diibaratkan ibu tempat kita menyusu, sehingga masyarakatnya menganggap betapa pentingnya tanah. Begitu juga sungai, apabila sudah terscemar dan keruh diibaratkan darah.

“Maka jika sungai sudah keruh kita tidak bisa mendapatkan apa apa, ikan disana akan mati dan kita disana tidak bisa mengkonsumsi. Apabila darah sudah tidak lagi bagus di badan kita, itu tidak akan berdampak pada kehidupan kita. Jadi ini merupakan siklus kehidupan bagi kami. Makanya kami tetap menggenerasikan ini kepada anak cucu supaya wilayah adat ini tetap dijaga tidak kenal batas waktu dan lintas generasi. Boleh mereka tinggal di kampong namun mereka memiliki pemikiran yang lebih cerdas. Harapan kita kedepan mereka lebih solid untuk mempertahankan wilayah adat mereka,” kata.
Terkait anugerah ADWI, Raymon juga menambahkan, perjuangan selama ini dilanjutkan dengan dibentuknya kelompok sadar wsiata (Podarwis) pada tanggal 28 agustus 2014 .

Seiring waktu berjalan waktu, kerjasama yang kuat dan dukungan dari pemerintah, dinas pariwisata, kabupaten, provinsi dan kementrian pariwisata , sehingga dapat masuk nominasi ADWI dan masuk 50 besar nominasi tahun 2024.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada tim juri kepada kemetrian pariwisata dan kepada para pihak yang mau membatu dalam proses ini mudah mudahan ini akan mendapat berkah bagi kita semua,” tandasnya.
Sementara itu, Florida Pardosi juga menyampaikan apreiasi yang luar biasa kepada seluruh stakeholders di Kapuas Hulu, dan terus mendorong untuk disempurnakan Desa Wisata Batu Lintang agar naik kelas ke level selanjutnya.
“Saya sudah mengucapkan apresiasi yang luar biasa, pada intinya kami hadir disini bersama dewan juri bukan semata mata mau selebrasi. Tapi kami hadir disini untuk mendorong desa wisata ini naik kelas,” ujarnya.
Menurutnya, kekuatan dari desa ini adalah alam dan budayanya, resiliensinya, dan bagaimana adat menjadi bagian dari kehidupan pengembangan desa wisata.
“Sekali lagi saya titip pesan supaya apa yang sudah menjadi aturan-aturan adat yang luar biasa, untuk keberlangsungan budaya dan alam disini juga keberlangsungan kearifan lokal yang ada disini bisa masuk ke dalam peraturan desa /perdes desa.

“Ini menjadi bagian dari aturan sehingga seluruhnya siapapun nanti yang menjadi pemimpin didesa ini semua membawa aturan itu tetap ada di peraturan desa. Sekali lagi selamat,” demikian Florida.

Desa Wisata Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu termasuk salah satu desa wisata yang masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 Kemenparekraf yang mengusung tema “Desa Wisata Menuju Pariwisata Hijau Berkelas Dunia”.

Desa Batu Lintang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Secara geografis kawasan ini terletak pada posisi antara 5′ LU – 104′ LS dan antara 11°10’40” – 11°40’10” BT, terletak antara Sungai Kapuas bagian hulu di Kota Putussibau.
Mayoritas masyarakatnya adalah suku Dayak Iban yang terdapat di 7 kampung dan 1 ketemu dengan jalan lintang.

Sungai Utik menjadi titik utama, karena keberadaan Rumah Panjang Sungai Utik yang masih tradisional ada di dusun ini.
Oleh karenanya, dusun Sungai utik menjadi pusat kunjungan wisatawan, sedangkan dusun Pulan menjadi salah satu lokasi daya tarik pendukung dengan kegiatan jelajah hutan dan pengamatan burung rangkong.

Desa ini memiliki kekayaan budaya dan adat istiadat. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara serta akademisi berkunjung ke Desa Wisata Batu Lintang untuk melihat dan belajar kearifan lokal yang ada di Sungai Utik yang terkenal dengan menjaga hutannya.

Desa Batu Lintang memiliki sejumlah seni kreatif, seperti kerajinan etnik antara lain menganyam, ukiran, dan seni tato tradisional. Masyarakat Sungai Utik tidak terlepas dari perjuangan untuk menjaga hutan. Upaya masyarakat Sungai Utik memperjuangkan hutan mereka dari perusahaan yang diberi hak untuk pemanfaatan kayu, banyak mendapatkan perhatian dan bantuan dari berbagai pihak seperti dari aliansi masyarakat adat, organisasi lingkungan, organisasi pemberdayaan masyarakat, lembaga pemberi dana hibah, maupun kalangan akademisi.
Setelah berjuang lama pada akhirnya pengakuan pertama datang di tahun 2008, dimana Sungai Utik menjadi desa adat pertama yang meraih penghargaan Sertifikat Ekolabel dari Lembaga Ekolabel Indonesia.

Setelah itu perjuangan masyarakat Adat Sungai Utik mendapatkan banyak penghargaan lainnya.
Dimana daya tarik pengunjung karena alam hutan dengan berbagai macam jenis tumbuhan dan sungai jernih yang terjaga, menjadi habitat yang menyenangkan bagi satwa liar. Hutan adat Sungai Utik menjadi rumah dari berbagai spesies penting, seperti Burung Kuau Raja (Argusianus Argus), Rangkong Gading (Rhinoplax Vigil) yang diklasifikasikan kritis oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), Julang Emas (Rhyticeros Undulatus), Kangkareng Hitam (Anthracoceros Malayanus), Enggang Klihingan (Anorrhinus Galeritus), Burung Kucica Hutan (Kittacincla Malabarica), dan masih banyak jenis lainnya.

Hutan Sungai Utik banyak ditumbuhi jenis jenis dari famili Dipterocarpaceae yang besar dan tumbuh menjulang tinggi hingga 50 meter, menandakan hutan yang masih sehat. Selain itu, bukti potensi hutan yang ada di Sungai Utik dibuktikan dengan adanya penemuan jenis baru anggrek di hutan mereka yang dengan nama Bulbophyllum sungaiutikense yang terpublikasikan pada 2021.

Pengelolaan alam di Sungai Utik dilakukan secara tradisional berdasarkan kearifan lokal. Masyarakat Iban di sana telah membagi kawasan menjadi tiga zona utama yaitu: Kampong Endor Kerja, merupakan area pemanfaatan dan lokasi berladang warga.
Kampong Galao, merupakan area pemanfaatan terbatas, warga hanya mengambil sebagian produk alam seperti tumbuhan obat, getah damar, dan sayur-sayuran hutan. Kampong Taroh, merupakan hutan simpan yang sangat dijaga untuk menjaga ketersediaan air masyarakat
Budaya
Beberapa budaya yang masih bisa ditemui di Sungai Utik hingga saat ini adalah: Budaya Berladang, artinya tempat masyarakat berladang dengan kearifan lokal, yang masih ada ritual-ritual yang masih terjaga.
Ritual Penyambutan tamu, yang dilakukan kepada tamu yang baru pertama kali datang ke daerah Sungai Utik, dengan menaiki tangga dan memberikan air tuak dan membuang sesajian (Piring Udah). Bertenun, yaitu kebudayaan yang tidak boleh dihilangkan sampai kapanpun, sehingga bertenun ini akan terus diajarkan kepada anak cucu. Tato, merupakan adat dan identitas bagi Suku Dayak Iban dari Sungai Utik.
Homestay & Toilet
Para Wisatawan bisa menikmati alam di Desa Wisata Batu Lintang sambil bermalam di homestay. Homestay di desa ini ada sebanyak 48 bilik dengan kisaran harga Rp 120.000/perorang.
Kuliner
Ketika sedang berada di Sungai Utik, ada banyak jenis makanan yang bisa dicoba seperti Masakan Panso, yaitu masakan yang dimasak pakai bambu, selukung terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun pelat dan lepat ubi yang dimasak dengan daun pisang.

Digital dan Kreatif
Informasi Desa wisata Batu Lintang dapat diakses melalui Instagram: menuasungaiutik. FB: Keling Menua Sungai Utik. Web: sungaiutik.com. Youtube: Desawisata SungaiUtik
Desa Batu Lintang ini memiliki pemberdayaan SDM untuk meningkatkan lapangan kerja, dampak ekonomi, serta mendukung kesetaraan gender dalam pelibatan SDM di desa wisata. Menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) guna meningkatkan pelayanan bagi wisatawan. Kesehatan CHSE yaitu kebersihan, kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang berkelanjutan.||Jurnalis:Suparman

(Humas Kemenparekraf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *