Tari Ma’ekat Adalah Kisah Heroik Menjaga Wilayah dan Martabat Orang TTS

Breaking News557 Dilihat

TTS–Transtv45.com Tim Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Bali, yang terdiri dari I Gusti Ayu Armini, Hartono, Anak Agung Gde Rai Gria dan Ida Bagus Sugianto, melakukan Inventarisasi Tari  Ma’ekat (Tari Persahabat dan Tari Perang), di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa tenggara Timur.

Ketua Tim Peneliti, I Gusti Ayu Armini, saat ditemui media ini di sela-sela kegiatan diskusi dan perekaman Tari Ma’ekat di halaman Kantor Bupati Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada, Minggu (20/6/2021) mengatakan bahwa tarian tersebut  menggambarkan tarian perang sebagai representase kehidupan masyarakat TTS di Zaman dahulu.

“sesuai ceritera dari berbagai sumber bahwa   pada masa lampau, kondisi masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan diliputi suasana perang antar kelompok yang terjadi pada wilayah-wilayah pemerintahan otonom di bawah pimpinan seorang usif  atau kepala wilayah atau raja lokal. Perang tersebut untuk menjaga martabat dan wilayah kekuasaan dari serangan musuh,”jelas Ayu Armini
Dijelaskan lagi bahwa pada masa lalu, orang-orang dari luar suatu keusifan atau kerajaan tak boleh leluasa melintasi batas wilayah keusifan lain tanpa alasan yang jelas.

Jika hal itu dilanggar maka orang asing melintas ke daerah lain dapat dibunuh dan berlanjut pada perang antar kelompok.

Katanya, Cerita kegigihan berperang menjaga tanah ulayat dan martabat sebagai wilayah berdaulat diwujudkan dalam tari perang disebut Sbo Ma’ekat dengan gerakan-gerakan menggambarkan kondisi sedang berperang melawan musuh.

“Sbo Ma’ekat ditarikan oleh para meo atau meob (panglima perang) yang pulang dari medan perang membawa kemenangan dengan berhasil membawa kepala musuh. Kemudian mereka disambut tetabuhan gong yang riang dan tarian yang atraktif dari kaum wanita.

Dalam acara penyambutan itu, para meo pun menari mempertunjukkan adegan berperang sebagai luapan kegembiraan karena telah memenangkan peperangan,”ucap Ayu.

Salah seorang anggota Peneliti bernama Hartono, yang juga diwawancarai media ini, mengisahkan bahwa Ketika masa-masa perang antarkelompok telah berakhir dan tidak pernah terjadi lagi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Sbo Ma’ekat tetap dipentaskan sebagai bentuk kegembiraan masyarakat.

Biasanya Sbo Ma’ekat yang kini disebut dengan Tari Ma’ekat dipentaskan sebagai tari penyambutan tamu-tamu dan memeriahkan acara-acara penting lainnya.

“Tari Ma’ekat ditarikan oleh kaum laki-laki dalam jumlah genap dengan gerakan seperti sedang berperang. Gerakannya menyerupai gerakan burung elang  dan diiringi pukulan musik  berirama cepat dan riang. Kadang beberapa wanita ikut menari meramaikan suasana,”jelas Hartono.
Peneliti lainnya bernama Ida bagus Sugianto, menjelaskan, Kondisi Tari Ma’ekat saat ini masih mampu bertahan namun rawan punah.

Hal ini disebabkan oleh perubahan zaman dan masuknya budaya asing yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Masuknya unsur-unsur luar dan budaya asing secara masif menyebabkan pegeseran tatanan masyarakat yang relaif berdampak kehidupan seni budaya di Kabupaten TTS. Di kalangan masyarakat millenial, pengaruh budaya asing memunculkan kelompok-kelompok masyarakat bergerak dalam atraksi kesenian moderen.

Terbukti dengan semakin maraknya kelompok-kelompok kesenian moderen seperti vocal group, group dance, hip-hop, rap, break dance, beat box, musik pop. Bahkan kelompok-kelompok kesenian moderen ini terbentuk di sekolah-sekolah formal setingkat SMA di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Ida bagus, menjelaskan, kemunculan grup-grup musik moderen merupakan dampak kecenderungan kalangan generasi muda untuk menyerap kecanggihan budaya asing yang lambat-laun dapat mengancam kelestarian budaya tradisional.

Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan kelompok-kelompok kesenian moderen ini dapat menggeser keberadaan tari dan musik daerah khususnya kesenian tradisional, termasuk Tari Ma’ekat.

“Perlu dilakukan gerakan perlindungan, pengembangan, dan pendokumentasian tari tradisional supaya tidak hilang tergerus oleh zaman. Tanpa menampik perubahan zaman dan perkembangan teknologi moderen, budaya daerah seharusnya mendapat pengembangan yang layak. Keberadaan kesenian tradisional perlu dilestarikan dan difasilitasi secara memadai agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik,”ujar Ida Bagus.

Sementara Peniliti lainnya bernama Anak Agung Gde Rai Gria, yang diwawancarai di lokasi perekaman Tari tersebut, mengatakan bahwa tujuan dilakukannya Inventarisasi Tari Ma’ekat adalah
Menggali filosofi dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Tari Ma’ekat, khususnya nilai-nilai budaya yang mengacu pada panglima dan prajurit dalam memerangi musuh. Terutama nilai ketangkasan, kepiawaian, keberanian, dan keheroikan dalam melawan musuh untuk mempertahankan kedaulatan wilayah.

“Kami lakukan Inventarisasi Karya Budaya ini  agar adanya perlindungan terhadap Tari Ma’ekat sebagai salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi NTT. Dan juga tujuan kami untuk Melestarikan Tari Ma’ekat agar tidak punah tergerus zaman,”tutur Rai Gria.

Rai Gria mengatakan lagi bahwa  Inventarisasi Karya Budaya Tari Ma’ekat diharapkan memiliki manfaat untuk menambah khazanah kajian tentang Tari Ma’ekat, khususnya kajian dari sudut bentuk, fungsi, dan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya. Bermanfaat untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pementasan kesenian tradisional di Kabupaten Timor Tengah Selatan.  sebagai cerminan berperilaku bagi masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

“Harapan utama kami semoga nilai-nilai luhur seperti ketangkasan, kepiawaian, keberanian, dan keheroikan para meo (panglima dan prajurit) dapat dimanfaatkan sebagai acuan berperilaku yang positif dalam memerangi sifat-sifat negatif dalam diri maupun masyarakat.”ujarnya.(T7)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *