
Jakarta,TransTV45.com. : Aktivis sosial dan pemerhati isu perlindungan pekerja migran, Sunardi, menghadiri kegiatan Forum Nasional “St@y Aman di Ruang Digital, Di Balik Layar – Perdagangan Orang Lebih Dekat dari yang Anda Pikirkan”, yang berlangsung selama dua hari di DoubleTree by Hilton Jakarta, pada 4–5 November 2025.
Forum ini diselenggarakan oleh UNDOC “Memastikan Pekerjaan yang Layak dan Mengurangi Kerentanan bagi Perempuan dan Anak dalam Konteks Migrasi Tenaga Kerja di Asia Tenggara (PROTECT)”, sebuah inisiatif bersama International Labour Organization (ILO), UN Women, UNODC, dan UNICEF, dengan dukungan pendanaan dari Uni Eropa (European Union).(Kamis, 6 November 2025)

Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran publik dan lembaga tentang bahaya perdagangan orang (Trafficking in Persons/TIP) yang kini banyak difasilitasi oleh teknologi digital. Forum juga menyoroti bagaimana ruang digital dapat menjadi sarana eksploitasi, perekrutan, hingga penipuan online yang berdampak pada perempuan, anak, dan pekerja migran di kawasan Asia Tenggara.
Dalam forum ini, berbagai pemangku kepentingan hadir, termasuk perwakilan pemerintah, penegak hukum, platform teknologi, organisasi masyarakat sipil, akademisi, dan komunitas muda. Sejumlah narasumber tampil di antaranya Kombes Pol. Guntur Saputro (Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia), Yatini Sulistyowati (KSBSI), Filius Yandono (APINDO), Savitri (Jobstreet by SEEK), serta Dwi Yuliawati (UN Women Indonesia).
Dalam berbagai sesi, para panelis membahas tema seperti pemanfaatan teknologi untuk mencegah TIP, kerentanan perempuan dan anak dalam dunia digital, hingga peran masyarakat dalam membangun ruang digital yang aman dan inklusif.
Forum juga mengadakan kegiatan interaktif seperti “Dinding Bendera Merah Digital”, di mana peserta berbagi contoh perilaku atau tawaran pekerjaan online yang mencurigakan, serta lokakarya “Bangun Kampanye Anda Sendiri” yang mendorong peserta menciptakan gerakan kesadaran publik secara kreatif.
Sunardi menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momentum penting bagi aktivis daerah dan pemerhati migrasi untuk memahami pola baru eksploitasi digital.
“Kita tidak bisa lagi memandang perdagangan orang hanya dalam konteks fisik. Dunia maya kini menjadi ruang rekrutmen dan jebakan baru bagi pekerja migran dan anak muda. Forum ini membuka ruang kolaborasi lintas sektor agar respons kita lebih adaptif,” ujar Sunardi.
Forum Nasional “St@y Aman di Ruang Digital” menutup kegiatan dengan peluncuran simbolik “Pojok Janji Keamanan Digital Saya”, di mana peserta berkomitmen untuk membangun perilaku online yang aman, inklusif, dan bebas eksploitasi.
Mulyono





