Dekan FKIP Unika Ruteng AJak Mahasiswa PKKMB 2021 Menjadi Agent Toleransi

Pendidikan671 Dilihat

MANGGARAI||TransTV45.com- Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng Dr. Maksimus Regus, S.Fil.,M.Si., membuka secara resmi kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Tahun Akademik 2021/2022, pada Kamis (19/8/2021) secara daring.

Mengawali sambutannya, Imam Keuskupan Ruteng ini menyampaikan ucapan selamat datang kepada 766 mahasiswa baru yang tersebar di enam program studi FKIP Unika Santu Paulus Ruteng.

“Atas nama keluarga besar FKIP Unika Santu Paulus Ruteng, saya mengucapkan selamat datang kepada semua mahasiswa baru”, ujarnya.

Selanjutnya, RD. Maks, sapaan akrab Dr. Maksimus Regus, S.Fil.,M.Si., mengajak mahasiswa baru untuk mengikuti semua rangkaian kegiatan PKKMB secara penuh dan utuh sambil menyimak pesan-pesan penting yang disampaikan oleh narasumber.
“Saya mengajak kita semua untuk mengikuti kegiatan PKKMB ini secara penuh dan utuh. Mari sama-sama kita mendengarkan pesan-pesan penting yang disampaikan melalui kegiatan ini,” tuturnya seraya membuka kegiatan secara resmi.

Lebih lanjut, dalam kesempatan penyampaian materi berjudul “Mahasiswa yang Berkarakter Kebangsaan, Anti-Radikalisme, dan Bersikap Toleran”, RD. Maks menekankan seraya mangajak peserta PKKMB untuk menjadi generasi muda yang ikut secara aktif dalam membangun keharmonisan, kedamaian dan mempromosikan nilai-nilai toleransi (agent of tolerance)

RD. Maks mengungkapkan, saat ini ancaman radikalisme dan intoleransi terjadi secara nasional dan global. Karena itu sangat penting membangun poros baru dan generasi baru untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dalam berbagai aspek kehidupan.

“Praktek intoleransi di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan oleh berbagai aspek seperti perbedaan pandangan politik, keagamaan dan ketidakmampuan untuk mengelola dan menghargai perbedaan sebagai kekayaan bangsa ini, sehingga yang muncul adalah kecurigaan dan bermuara pada sikap intoleransi dan radikalisme,” unkapnya.

Karena itu, kata RD. Maks, membangun nilai-nilai karakter pada generasi Indonesia adalah suatu kebutuhan yang sangat penting, sehingga penerus bangsa ini mempunyai sense of nationhood yang baik.

Dikatakan RD. Maks, bahwa salah satu simpul generasi yang paling penting untuk memutuskan rantai radikalisme dan praktek Interolensi di Indonesia adalah generasi muda atau mahasiswa.

Dirinya mengakui, bahwa beberapa tahun terakhir banyak praktek intoleransi yang berhasil diatasi, namun masih ada beberapa persoalan dan praktek-praktek intoleransi yang sangat mengkhawatirkan dan belum berhasil diselesaikan.

Ditengah persoalan ini, maka dibutuhkan poros baru atau generasi baru yang mempromosikan nilai-nilai tolerasi dalam berbagai aspek kehidupan.

“Saat ini kita butuh poros baru atau generasi baru untuk memutuskan mata rantai intolerasi yang menyebabkan permusuhan sosial yang terjadi dalam kehidupan bersama masyarakat Indonesia. Dan sebagai mahasiswa Indonesia dipanggil untuk terus membangun semangat nasionalisme, menumbuhkan nilai-nilai perjuangan, ikut mempromosikan nilai-nilai tolerasi, kedamaian, persaudaraan, persahabatan, dan kejujuran dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” tegasnya.

Dia menambahkan, radikalisme dan intoleransi adalah simptom global dan nasional yang harus menjadi keprihatinan kita bersama. Untuk menangkal ini, mahasiswa harus memiliki sense of nationhood dan rasa kebangsaan yang kuat.

RD. Maks menjelaskan, karakter itu ditampilkan dalam banyak wajah, seperti tanggung jawab untuk menyelesaikan perkerjaaan yang dipercayakan, memiliki sikap pengorbanan, memiliki tingkat kejujuran yang sangat tinggi, dan menjadi pebelajar yang tangguh dan mandiri dalam situasi sekarang ini, memiliki semangat perjuangan, memiliki semangat kebangsaan yang terus diperjuangkan dalam perjalan akademik ke depannya dan lain-lain.

Alumnus Universitas Tilburg Belanda ini menegaskan, bahwa pembentukan karakter mahasiswa yang toleran dan antiradikalisme adalah sebuah pilihan dasar atau optio fundamentalis.

“Panggilan mendasar setiap mahasiswa Indonesia adalah panggilan untuk hidup dengan semangat membangun keharmonisan dan kedamaian untuk mencapai kesejahteraan bersama, dengan empat pilar kebangsaan, yaitu “UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu, pemetari sebelumnya, Dr. Hendrikus Midun, S.Fil.,M.Pd., menegaskan, bahwa di tengah era digital dan dimulainya era kenormalan baru (new normal), mahasiswa dituntut untuk mampu menjadi pebelajar yang tangguh dan mandiri.

“Agar bisa beradaptasi di era digital yang menantang ini, kita hendaknya memilki (1) Perubahan mindset dan kemauan belajar; (2) Proaktif terhadap perubahan; (3) Mengasah kemampuan berpikir kreatif dan kritis; (4) Senang melakukan komunikasi dan kolaborasi; (5) Literasi informasi, digital, internet; (6) Adaptif situasi dan kondisi yang ada”, ungkapnya.

Hendrik, sapaan akrab Dr. Hendrikus Midun, S.Fil.,M.Pd., menambahkan, di tengan menjamurnya infomasi digital saat ini sangat dibutuhkan individu yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

“Banyaknya informasi hoaks saat ini, yang cenderung provokatif dan berpotensi memecah belah bangsa, diperlukan sikap kritis. Dengan kemampuan ini, diyakini individu dapat memilah dan memilih infomasi yang baik dan benar,” terangnya.
Alumnus program doktoral Universitas Negeri Malang ini menegaskan, mahasiswa sebagai insan akademisi diharapkan menjadi corong penyalur informasi yang benar kepada kalayak dan menangkal beragam informasi hoaks.

Sebagai informaasi, bahwa 766 mahasiswa baru yang menjadi peserta dalam kegiatan PKKMB daring melalui media zoom meeting cloud ini berasal dari enam Program Studi FKIP Unika Santu Paulus Ruteng.

Merujuk pada data panitia yang diterima media ini, bahwa jumlah mahasiswa baru masing-masing Program studi adalah sebagai berikut: (1) dari Program Studi Prodi Pendidikan Teologi berjumlah 59 orang; (2) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris berjumlah 150 orang; (3) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) berjumlah 301 orang; (4) dari Prodi Pendidikan Matematika berjumlah 41 orang; (5) dan Prodi Pendidikan Guru PAUD (PG-PAUD) berjumlah 94 orang; dan (6) dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastara Indonesia berjumlah 121 orang.

Kegiatan PKKMB daring FKIP Unika Santu Paulus ini berlangsung selama tiga hari, terhitung sejak tanggal 19—21 Agustus 2021, dan resmi ditutup oleh ketua Panitia Fransiskus Sales Lega, S.Fil.,M.Th, pada Sabtu (21/8/2021). *(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *