Sedih! Belasan Tahun Mengidap Hidrosefalus, Bocah Malang Ini Butuh Bantuan

Breaking News311 Dilihat
Sedih! Belasan Tahun Mengidap Hidrosefalus, Bocah Malang Ini Butuh Bantuan. (Foto : Isth)

Labuan Bajo-Transtv45.Com| Kisah pilu yang dialami Mektildis Oktaviana (12), bocah asal Sokrutung, Desa Pantar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat,NTT. Selama belasan tahun bocah malang ini terbaring di tempat tidur karena mengidap penyakit Hidrosefalus.

Untuk diketahui, hidrosefalus adalah kondisi saat terjadinya penumpukan cairan berlebihan di dalam otak. Pada keadaan normal, terdapat cairan otak yang mengisi ruangan-ruangan (ventrikel) di dalam otak dalam jumlah tertentu.

Anak dari pasangan suami istri Fransiskus Dasales Ndora (38) dan Maria Oni (37) itu harus menahan sakit selama lebih dari 11 tahun karena tidak ada biaya untuk pengobatan.

Kepada media ini, Sabtu (4/12/21) ayah Mektildis, Fransiskus menjelaskan bahwa penyakit yang diderita anaknya baru diketahui saat berusia tiga bulan.

Fransiskus mengisahkan, awalnya Mektildis menangis selama tiga malam berturut-turut. Karena merasa khawatir dengan kondisi buah hatinya, ia dan istrinya berinisiatif melakukan cek kesehatan di RS Susteran Labuan Bajo.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh sala seorang suster kala itu, Mektildis disarankan agar dirujuk ke RSUD Ben Mboi Ruteng. Fransiskus dan istrinya kemudian membawa Mektildis untuk diperiksa di RSUD Ben Mboi.

“Kemudian setelah Dokter cek, ternyata anak kami kena penyakit Hidrosefalus. Saran Dokter di Ruteng waktu itu, agar kami cepat ke Bali agar segera di Opersai Di RS Sangla Bali,” kata Fransiskus.

Mendengar saran dokter, Fransiskus dan istrinya kebingungan untuk mencari biaya pengobatan putrinya. Tapi mereka tidak putus asa, dengan dana seadanya dan dengan Jamkesmas yang mereka miliki, pasutri itu akhirnya berangkat ke Bali untuk pengobatan Mektildis.

Fransiskus mengaku terbantu dengan keluarga yang ada di Bali untuk membantu meringankan bebannya dengan sang istri. Dengan biaya yang ada, Mektildis pun menjalani operasi selama dua tahap.

“Waktu itu kami ikut Kapal laut Tilong Kabila. Biaya waktu itu memang tidak cukup, untungnya ada keluarga di Bali membantu sedikit. Setelah dua minggu disana operasi tahap awal dimulai dengan sedot cairan tersebut pada pukul 7 pagi sampai jam 3 sore,” jelas Fransiskus.

“Di Bali Selama 6 bulan dengan dua kali Operasi,” tambahnya.

Ibunda Mektildis, Maria Oni mengatakan, setelah menjalani operasi tahap pertama di RS Sangla Bali, mereka diminta untuk tinggal di sementara di Bali untuk sementara waktu untuk menunggu operasi tahap kedua.

“Setelah itu kami disuruh nginap di dalam, satu bulan kemudian baru operasi kedua untuk pemasangan selang untuk pembuangan cairan tersebut. Selang tersebut di pasang dalam tubuhnya untuk membuang cairan dikepalanya tersebut melalui saluran kencing” katanya.

Waktu itu kata Maria, Dokter menyarankan agar intensif melakukan kontrol. Namun karena kekurangan biaya, putrinya tidak melakukan kontrol. Alhasil selang tersebut masih terpasang dalam tubuh Mektildis hingga sekarang.

“Satu kali dalam lima bulan untuk kontrol selang. Namun karena keterbatasan biaya kami tidak mampu lagi untuk terus dikontrol,” keluh Maria

“Ada kursi rodanya dia yang dikasi dari LSM dulu, tapi itu dia pakai hanya selama lima bulan. Saat ini tidak bisa dipakai lagi karena sudah terlalu kecil buat dia duduk disitu,” katanya sambil mengusap air mata.

Maria berharap, ada yang berbelas kasih membantu keluarganya, agar Mektildis bisa melakukan pemeriksaan kembali. Selain itu, ia juga memohon doa dari semua pihak agar putrinya lekas sembuh.

“Saat ini anak kami butuh sekali kursi roda dan pempers karena kursi roda yang dia pakai selama lima bulan kemarin sudah tidak pas dengan kondisinya dia. Harapanya semoga Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah bisa membantu untuk membiayai kontrol kembali penyakit yang dialami anak kami ini,” harap Maria.

Bagi siapapun yang berbaik hati untuk membantu meringankan beban yang dialami keluarga Mektildis Oktaviani, bisa menghubungi nomor HP 082189591372 (Fransiskus Dasales Ndora, Ayah Mektildis). *(Gordi/RED)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *