Pelayanan publik di kabupaten Seluma baru naik ke zona kuning, RSUD malahan tolak pasien

Berita211 Dilihat

 

SELUMA.TRANSTV45.COM| Berdasarkan hasil penilaian dari Ombudsman RI, tingkat kepuasan terhadap pelayanan publik di Kabupaten Seluma tahun 2021 naik atau meningkat ke zona kuning. Sebelumnya Seluma mendapatkan rapor merah.

Peningkatan tersebut disambut antusias Bupati Seluma Erwin Octavian yang kemudian menargetkan zona hijau pada tahun ini.

Kita targetkan harus menjadi hijau, terutama dinas yang langsung bersentuhan dengan pelayanan publik,” kata Erwin, Selasa, 15 Februari 2022.

OPD yang dimaksud adalah Dinas Pendidikan, Dinas Dukcapil, Dinas Perizinan, dan Dinas Kesehatan. Kendati demikian, Erwin tetap meminta peningkatan pelayanan kepada masyarakat juga dilakukan semua OPD.

Tetap seluruh OPD harus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, jangan sampai kesampingkan pelayanan,” tegasnya.

Itu semua, lanjut Erwin, harus didukung peningkatan kinerja keseluruhan ASN di lingkungan Pemkab Seluma.

Saya harap tingkatkan pelayanan dan kinerja harus membaik, tahun depan wajib hijau, tandas Erwin.

Dijelaskan Kepala Keasistenan Pencegahan Maladministrasi Ombudsman RI Perwakilan Bengkulu Ade Bardiyanto, peningkatan kepuasan terhadap pelayanan publik di Seluma berdasarkan hasil survei yang dilakukan pihaknya.

Kita harapkan tahun depan penilaian semakin meningkat, sekalipun masih ada beberapa OPD yang harus diperbaiki, ujar Ade.

Penilaian kepuasan terhadap pelayanan publik di Kabupaten Seluma tahun 2021 yang membaik, dari sebelumnya rapor merah menjadi zona kuning, tercoreng ulah pihak RSUD Tais. Pasalnya, di hari yang sama penilaian Ombudsman disampaikan, RSUD Tais justru dikabarkan telah menolak pasien yang mau berobat.

Sehingga, lagi dan lagi, pelayanan publik RSUD Tais kembali menjadi sorotan publik. Tak ayal, kabar tersebut langsung membuat murka Bupati Seluma Erwin Octavian yang bergegas memerintahkan Sekda Seluma Hadianto ke RSUD Tais.

Setibanya, Hadianto langsung mempertanyakan perihal penolakan itu.

Kenapa kalian menolak pasien, kenapa tidak kalian layani dulu, walaupun disarankan menunggu dokter spesialis tetap harus dilayani terlebih dahulu, tidak seharusnya kalian tolak. Ini sudah sampai ke pak bupati, dia marah atas kejadian ini. Sampai saya belum mandi, belum pulang ke rumah langsung diperintahkan beliau untuk datang ke sini, karena beliau masih ada rapat di Provinsi,” kata Hadianto yang masih menggunakan pakaian dinas pada Selasa malam, 15 Februari 2022.

Ditegaskan Hadianto, tidak ada alasan bagi petugas menolak pasien, meskipun tidak darurat wajib untuk dilayani.

Pemda sudah menginstruksikan baik rumah sakit maupun puskesmas, sebesar apapun penyakitnya wajib dilayani terlebih dahulu. Pelayanan kita merupakan salah satu starategi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namanya masyarakat, tidak bisa dijelaskan seperti itu, yang penting kita layani terlebih dahulu,” tegasnya.

Atas kejadian itu ia menyatakan pihaknya akan memberikan sanksi kepada petugas atau nakes yang menolak pasien tersebut

Nanti kita cek dulu, jika dia ASN maka akan diberikan teguran keras, kalau dia bidan atau perawat PTT akan diberikan surat peringatan satu,” ujar Hadianto.

Sementara itu, pihak rumah sakit mengakui ada pasien demam tinggi yang dibawa ke RSUD Tais. Namun karena demamnya sudah lima hari, pihaknya menyarankan datang kembali besok pagi agar diperiksa langsung dokter spesialis.

Karena sakitnya sudah lima hari, maka dari itu kami sarankan ke dokter spesialis, hari Rabu ada (dokternya). Sebelum mereka pergi, sudah kami panggil kembali untuk dilakukan pemeriksaan, tetapi karena keluarga pasien sudah marah mereka pulang,” jelasnya.

Untuk diketahui, kabar penolakan pasien tersebut diunggah oleh akun Facebook Ayuk Teta. Dalam postingannya tersebut ia menceritakan kejadian yang dialami seorang emak-emak yang membawa putrinya yang demam sudah seminggu. Bukannya dilayani, pasien justru disuruh pulang dan datang lagi keesokan harinya karena dinilai tidak urgen.

Tak hanya itu, ia juga mengatakan tenaga kesehatan (nakes) yang ada di sana sibuk main HP. Merasa tak dilayani dengan baik, emak-emak tersebut akhirnya membawa putrinya ke dokter praktek.

(Dodi w)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *