Nilai Program Kerja Bupati Catur Tak Terwujud di Kampar Kiri Hulu, Mahasiswa Ngadu ke Jokowi

Berita, Suara Pembaca371 Dilihat

Kampar kiri hulu. Transtv45.com| Di tengah hiruk pikuknya dan kontroversi proyek pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Aidil Fikzen seorang mahasiswa Fakultas Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ( STIE ) Bangkinang meminta kepada Presiden Republik Indonesia Bapak Ir Jokowi Dodo untuk juga memperhatikan Kecamatan Kampar Kiri Hulu sebuah kecamatan yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Kampar Riau.

Hal itu disampaikan oleh pemuda yang lahir di Batu Sanggan pada12 Desember 2001 itu karena menurutnya Jokowi pasti mengetahui dan ia yakin bahwa kita semua bersepakat bahwa;

“Pertumbuhan ekonomi bisa dibilang sebagai indikator berhasil atau tidaknya di suatu pemerintahan dalam menjalankan, mengelola serta membangun negara,” ujar dia.

Fikzen yakin karena berangkat dari pemahaman di atas sehingga pada masa pemerintahan Joko Widodo akhirnya merombak struktur APBN dengan lebih mendorong investasi, pembangunan infrastruktur, dan melakukan efisiensi agar Indonesia lebih berdaya saing.

Kepada Presiden Jokowi mahasiswa ini berharap besar agar pembangunan infrastruktur jalan dan listrik di Kecamatan Kampar Kiri Hulu segera menjadi prioritas negara agar sebagai masyarakat Kabupaten Kampar bisa bangga dan berbahagia di saat Kabupaten Kampar telah berusia 72 tahun.

“Selogan ”Kerja, Kerja, Kampar Maju ” sesuai dengan visi dan misi Bupati Kampar sepertinya tidak terjadi dan tidak berlaku di Kecamatan Kampar Kiri Hulu tempat saya dilahirkan katanya,” ungkap Fikzen

“Kecamatan Kampar Kiri Hulu hingga detik ini belum mengalami perubahan yang signifikan, pernyataan ini terpaksa saya sampaikan mengingat hampir seluruh keluarga besar saya di Kecamatan Kampar Kiri Hulu saat ini masih terisolir dengan alasan Kawasan Konservasi,” sambungnya.

Aidil Fikzen mengaku menyelesaikan sekolah dasar di SDN 004 Batu Sanggan selanjutnya meneruskan Sekolah menengah pertama di SMPN Satu Batu Sanggan dan menyelesaikan sekolah menengah atas di Ma Muallimin Muhammadiyah Bangkinang.

Meski telah menunggu lama, Fiksen kecewa dan tentunya hal ini juga dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri Hulu yang selama ini mengalami kesenjangan sosial, dimana kesenjangan sosial itu berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi mayoritas rakyat disana.

“Selama ini ongkos transportasi masyarakat di sana sangat mahal. Semua bahan pokok pasti lebih tinggi karena harga sewa boat sangat mahal,” ucapnya.

Fakta sejarah menyatakan bahwa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu didalamnya terdapat 20 lebih desa dangan jumlah penduduk sekitar 11.700 jiwa. Dari 20 desa lebih itu salah satu nya adalah desa Ludai. Desa ini merupakan salah satu desa tertua di wilayah Kabupaten Kampar dan sudah ada sejak zaman Belanda.

“Ini artinya keberadaan masyarakat di Kampar Kiri Hulu sebenarnya telah ada dan jauh sebelum negara ini merdeka. Melihat kenyataan ini seharusnya sudah sepantasnya masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri Hulu mendapatkan pembangunan infrastruktur yang memadai sebagaimana pembangunan infrastruktur di wilayah dan lainnya,” tutur Fikzen.

Meski 76 tahun lamanya Negara Indonesia merdeka, kata Fikzen, sayangnya, hingga detik ini warga pedalaman di Kampar Kiri Hulu tempat dia dilahirkan itu terus disuruh bersabar menunggu adanya pembangunan infrastruktur yang memadai. Dan entah sampai kapan mereka di sana menikmati jalan tembus penghubung antar desa.

“Sebagai seorang mahasiswa saya juga mengetahui bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengizinkan masyarakat disepanjang aliran sungai membuka akses jalan di sana yang disebut jalan interpretasi dan pemerintah Kabupaten Kampar juga telah menggesa pembangunan jalur (jalan) interpretasi dimaksud guna menghubungkan antara desa-desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu dan pengerjaan jalur tersebut sudah pernah dilakukan,” terangnya.

Sepengetahuan dia, proses pengerjaan jalan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat berat namun sempat dihentikan sementara untuk memastikan pengerjaan tersebut berada di luar kawasan Suaka Margasatwa (SM) dan akhirnya pembangunan jalur atau jalan interpretasi tersebut terhenti disebabkan oleh pandemi Covid-19 pada waktu itu di mana dengan pandemi Covid-19, anggaran banyak dialihkan ke penanganan Covid-19 dengan dilakukannya Refocusing anggaran atau pemotongan anggaran.

Adil Fikzen sendiri saat ini berdomisili di Desa Kumantan, RT 02 RW 01 Kecamatan Bangkinang Kota. Dia saat ini juga merupakan Ketua Eksekutif Kota Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (Ek LMND) Kabupaten Kampar.

Ia beranggapan bahwa sekalipun pembangunan jalan interpretasi itu tetap dilanjutkan maka pembangunan jalan tersebut jika masih dengan gagasan pembangunan jalan interpretasi yang katanya akan menembus antar desa dengan penegasan bukan seperti jalan raya yang ukuran lebar jalan tidak boleh lebih dari 1 meter tanpa beton dan aspal maka pembangunan jalan interpretasi tersebut sama sekali menurutnya tidak menjawab persoalan masyarakat di sana dan tentunya ide ini juga sama sekali tidak menjadi solusi atas persoalan hidup masyarakat di sana.

Dia pun menjelaskan, sungai tidak dapat dilewati saat puncak musim hujan dan kemarau. Pernah ada warga sakit tidak tertolong karena sungai tidak dapat dilalui. Masyarakat Kecamatan Kampar Kiri Hulu membutuhkan jalan penghubung antar desa sebagaimana layaknya jalan penghubung antar desa di kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Kampar, bukan jalan yang cuma sekedar untuk alternatif evakuasi sekaligus jalur wisata.

(Adilmankoto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *