” Merefleksi Perjuangan Kartini “

Pendidikan392 Dilihat
Stefanus Satu, Sekeluarga Mengucapkan Selamat Hari Kartini. (Foto : Isth)

Oleh : Stefanus Satu.,S.Pd

Hari ini Kamis 21 April 2022 diperingati sebagai hari kelahiran seorang Pahlawan Nasional Perempuan yaitu R.A. Kartini. Sebagaimana kita ketahui bahwa RA Kartini dikukuhkan sebagai seorang Pahlawan Nasional karena kehebatan dan keberhasilannya dalam memperjuangkan dan mewujudkan hak-hak kaum perempuan yang sebelumnya terbelenggu oleh mengakarkuatnya budaya yang mengagung agungkan kaum Adam.

Hanya laki-laki saja yang dapat melakukan apa saja. Sementara perempuan cukup melakukan apa yang bisa dilakukan di dalam rumah. Sekolahpun tidak bisa. Hal ini ditantang oleh Kartini. Kaum perempuan juga bisa melakukan apa yang bisa dibuat oleh kaum pria. Bahkan kaum perempuan mempunyai kelebiahan, karena ada hal yang bisa dilakukan kaum perempuan tetapi tidak bisa dilakukan oleh kaum pria ( Kodrat ), melahirkan dan menyusui. Perjuangan Kartini ini dikenal dengan Emansipasi Wanita, yaitu perjuangan membebaskan kaum perempuan dari belenggu perbudakan.

Sekarang kita patut berbangga dan bersyukur atas perjuangan Kartini tersebut. Sebab hanya dan dengan perjuangannya, sekarang kaum perempuan bisa merdeka untuk menghirup udara kebebasan, lepas dari rantai belenggu perbudakan budaya yang mengikat. Suatu kondisi dimana kita bebas berpikir, berpendapat, berkumpul, bebas untuk memilih dan mendapatkan pendidikan, dan lain-lain. Sadar atau tidak sadar, semua yang kita alami itu adalah buah perjuangan Kartini.

Dalam bidang pendidikan, sangat nyata keberhasilan perjuangan Kartini. Banyak kaum perempuan yang berhasil pada bidang pendidikan, tidak hanya berhasil sampai pendidikan dasar dan menengah tapi juga sampai pada pendidikan tinggi. Di SMKN 1 Labuan Bajo misalnya, jumlah guru perempuan mencapai sekitar 30 %. Siswi mencapai 50% lebih. Pada bidang pemerintahan dan politik juga demikian.

Lalu apa makna perjuangan Kartini bagi kita sekarang. Cara kita dalam memaknai perjuangan Kartini tentu berbeda. Cara mewarnai perjuangan Kartini bagi kita sekarang bisa dipandang dari sisi tugas pokok dan fungsi kita masing-masing. Jangan pula berpikir bahwa yang hanya bisa mewarnai perjuangan Kartini adalah hanya kaum perempuan.

IBU R.A. KARTINI. (Foto : Isth)

Refleksi kita terhadap perjuangan RA Kartini

Pertama, Perjuangan Kartini menjadi inspiratif dan spiritualitas perjuangan dalam tugas pokok dan fungsi kita masing-masing. Gerakan emansipasi wanita dari Kartini merupakan inspiratif bagi cara berpikir tentang tugas pokok dan fungsi kita masing-masing. Cara berpikir yang terbelenggu perbudakan ketidakmampuan karena perempuan selalu dalam posisi lemah. Cara berpikir seperti ini akan memberikan output dan outcome yang lemah pula bagi diri sendiri maupun bagi orang lain atau masyarakat. Demikianpun selanjutnya cara kita bertindak selalu dalam posisi terbelenggu karena berawal dari cara berpikir yang terbelenggu. Cara berpikir di atas justru tidak hanya melemahkan tetapi sangat mematikan inovasi dan kreasi yang produktif.

Gerakan emansipasi wanita yang diperjuangkan Kartini adalah solusi terhadap persoalan hidup yang dihadapi kaum perempuan ( bahkan juga kaum pria ) yang dipandang sebagai kaum yang lemah dan tidak mampu karena dipenjara oleh perbudakan budaya. Terkadang kita selalu mengalah dalam menghadapi persoalan hidup, menyerah dan tidak mampu menemukan solusi untuk bisa keluar dari persoalan tesebut. Dalam persoalan seperti itu, perjuangan Kartini dapat kita jadikan sebagai contoh untuk diteladani.

Gerakan emansipasi wanita juga mesti bisa dilihat sebagai gerakan spiritualitas. Gerakan yang memberikan semangat untuk terus menerus melakukan hal-hal yang baik dan menentang hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang melemahkan semangat perjuangan hidup, melemahkan semangat pencapaian prestasi. Kartini minim pendidikan, semangat untuk keluar dari belenggu budaya sangat tinggi. Dengan bermodalkan semangat itu ia terus berjuang menantang tantangan, membentuk komunitas perempuan untuk diberikan pendidikan seadanya. Kecil yang dibuatnya, tapi hasilnya sungguh besar dan luar biasa. Perjuangan untuk keluar dari kegelapan, menuju terang yang membebaskan merdeka. Spirit tinggi yang dimiliki Kartini, harus menjadi spirit kita yang hidup di alam merdeka sekarang ini.

Kedua, Perjuangan Kartini yang telah menjadi inspirasi dan spirit, harus mampu untuk menumbuhkan emphaty terhadap orang lain. Kartini tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri. Dia berjuang juga untuk orang lain, dia sangat peduli dengan orang lain. Dia keluar dari rumahnya, mengumpulkan kaum perempuan yang lain, membentuk komunitas sebagai tempat belajar, berdialog, berdiskusi menemukan solusi terhadap persoalan yang sedang dihadapi. Kartini telah menjadi guru dan dia adalah guru yang patut diteladani. Rasa Emphaty dan kepedulian yang telah ditunjukkan oleh Kartini ini mesti menjadi inspirasi dan spirit kita dalam melaksanakan tugas. Kita tidak sendiri, kita hidup dalam komunitas. Apalagi kita adalah guru, sama seperti Kartini yang selalu bersama dengan siswa. Emphaty kita kepada siswa diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan yang optimal kepada siswa kita, pelayanan pembelajaran, mendengar apa yang menjadi keluhan, kebutuhan dan membantu menemukan solusi atas persoalan yang dihadapinya. Itulah guru sejati, guru yang dengan hati memberikan pelayanan kepada siswanya.

Bapak Drs. Moses Magong ( Mantan Kepala SMKN 1 Labuan Bajo Periode, 2003-2007 ) menegaskan tentang hal itu dengan mengatakan “ ini hatiku, mana hatimu”.

( Penulis adalah Guru SMKN 1 Labuan Bajo dan Pegiat Literasi Media TransTV45 )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *