Bengkayang, kalbar – TransTV45.com || Memperingati 26 tahun berdirinya Kabupaten Bengkayang digelar penuh semangat oleh masyarakat setempat bersama Lingkar Khatulistiwa Indonesia, di caffe Pangsuma, Desa Sungai Duri, Kecamatan Subgai Raya, Kabupaten Bengkayang. Jumat (25/04/2025).
Saat pertama pembukaan acara, seorang tokoh senior Nadjimie Nalin, menjadi seorang penyair melantunkan lagu Menanti Kejujuran yang merupakan karya Fajar dengan Lan Antono dan di populerkan oleh Achmad Albar.
Nadjimie Nalin juga mengatakan, ada sebuah makna di balik lagu tersebut, menanti kejujuran berarti kita sebagai masyarakat memang benar sangat menanti kejujuran agar kita bisa bangkit dan menuju Indonesia Emas. Tutur nya.
Diskusi Publik Quo Vadis 26 Tahun Kabupaten Bengkayang, saat moderator (Reza Herlambang) mengatakan untuk mengenang para pendahulu yang telah membesarkan nama Bengkayang maka kita wajib mengenang dan mengheningkan cipta sejenak.
suasana kemudian hening dan khidmat saat para peserta mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pendahulu serta pendiri Kabupaten Bengkayang. Pameran buku koleksi pribadi turut meramaikan acara, menjadi media pertukaran ide dan informasi yang membuat forum ini terasa berwawasan.
Diskusi ini menghadirkan empat pemantik dari berbagai bidang. Dari jajaran Pemda Bengkayang, hadir Asisten I Bupati Bengkayang, Bernadeta, SH, MH, serta Kabag Pemerintahan Jovinus Bevo, S.STP, M.Si. Mereka memaparkan perjalanan pembangunan Kabupaten Bengkayang selama 26 tahun terakhir. Perspektif pendidikan disampaikan oleh aktivis dan analis pendidikan, Ressi Nata Sumanda, S.Pd, sementara isu kesehatan dikupas oleh dr. Irwanda Djamil.
Turut hadir dalam acara tersebut, anggota DPRD Kabupaten Bengkayang Nurhayati, serta berbagai masyarakat, pemuda, tokoh adat, hingga pemuka senior. Diskusi berlangsung dalam format semiformal yang membuka ruang luas untuk dialog.
Dalam pemaparan, dibahas sejumlah aspek penting seperti peningkatan layanan publik, reformasi birokrasi, pengelolaan laporan keuangan, indeks persepsi korupsi, serta pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bengkayang yang kini telah menembus angka di atas 70%. Ressi mengakui kemajuan ini, namun tetap memberi catatan bahwa program wajib belajar 9 tahun harus dipastikan tercapai. Ia menyoroti perlunya upaya jemput bola untuk anak-anak yang belum mendapatkan akses pendidikan.
Dari sisi kesehatan, dr. Irwanda menekankan pentingnya pembangunan fasilitas layanan kesehatan lanjutan, terutama rumah sakit di kawasan Sungai Raya, Sungai Raya Kepulauan, Capkala, Samalantan, dan Monterado, demi merata dan mudahnya akses layanan bagi masyarakat pesisir dan pedalaman. Ungkap irwanda
Diskusi juga menjadi ajang refleksi terhadap latar belakang pembentukan Kabupaten Bengkayang berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999. Ditegaskan bahwa pembentukan Kabupaten ini lahir dari kebutuhan mendesak akibat pertumbuhan penduduk, luas wilayah, dan potensi ekonomi yang perlu dikelola secara mandiri dalam kerangka otonomi daerah.
Asisten I Bupati Bengkayang yang juga menjabat sebagai Plt. Kepala Dinas Dukcapil, mengumumkan rencana pembentukan dua wilayah tambahan untuk pelayanan data kependudukan. Wilayah ini akan difokuskan pada zona pesisir dan kawasan Seluas serta sekitarnya. Langkah ini mendapat sambutan positif dari para peserta diskusi.
Gagasan kolaboratif antara pemerintah dan sektor swasta menjadi salah satu fokus dalam sesi tanya jawab. Sejumlah peserta diskusi menyoroti pentingnya inovasi pendanaan di tengah keterbatasan anggaran, terutama untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan layanan dasar di Kabupaten Bengkayang.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum HIPMI Bengkayang yang juga menjabat sebagai Ketua OKK Kadin Bengkayang, dr. Irwanda, memberikan pandangan yang konstruktif mengenai solusi alternatif dalam pembangunan daerah.
“Kami menyadari beban anggaran yang ada saat ini, sehingga mendorong peran dan kerja sama swasta untuk membantu pembangunan Kab. Bengkayang: seperti pembangunan Rumah Sakit, eksplorasi air bersih, dan hal-hal lain yang dapat mendongkrak pendapatan asli daerah Bengkayang,” ucapnya.
Diskusi ini juga mendapat masukan berharga dari berbagai tokoh masyarakat seperti Zulkarnain, Khairul Anwar, Rezza Herlambang (selaku moderator), Reza Satriadi, serta perwakilan generasi muda seperti Cen Cen Louis. Mereka menyoroti berbagai isu dan harapan masa depan Kabupaten Bengkayang.||Jurnalis:Hartono
(Editor Wakorwil Kalbar Suparman)