Tradisi Kasai Langger Nilai Filosofis Kebersihan, Kesehatan, Kesucian, dan Perlindungan Spiritual

Breaking News17 Dilihat

Singkawang, Kalbar – TransTV45.com || Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang, H. Asmadi, S.Pd., M.Si hadir selaku narasumber. Mempresentasikan Tradisi Budaya Melayu, Kasai Langger. Yakni tradisi mandi suci yang dilakukan perempuan melayu di Singkawang, setelah selesai masa menstruasi.

Kasai Langger, dikemukakan pada Talk Show di ruang dan waktu, Pameran dan Pentas Budaya Singkawang di Aming Coffe Jl. Yos Soedarso. Dengan tema “Merajut Warisan Budaya Merawat Jiwa Bangsa”. Minggu malam (16/11/2025).

Talk Show lanjutan, setelah sehari sebelumnya mengulas budaya Tionghoa dan Budaya Dayak ini. Berlangsung renyah membagi wawasan budaya melayu di singkawang. Dipandu bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Singkawang, Eka Meiyanti.

Hadir pada talk show. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XII Kalbar, Juliadi, S.S. M.Sc. Kepala Bidang Disdikbud Kota Singkawang, F. Fillicity Yossy Kartini, S.S. Kalangan akademisi, pelajar SMK, perwakilan majelis dan dewan adat, penggiat budaya, berbagai komunitas, sanggar seni budaya, pelaku seni dan seniman.

Tradisi Kasai Langger, merupakan warisan budaya melayu takbenda Kota Singkawang , yang telah ditetapkan Pemerintah. Sebagai ritus budaya warga melayu singkawang, yang jejaknya masih ada, di wilayah Kelurahan Semelagi Kecil Singkawang Utara.

“Tradisi ini (Kasai Langger) diwariskan secara turun temurun. Tradisi ini sangat penting karena masyarakat memandang menstruasi sebagai keadaan tidak suci. Sehingga setelahnya perempuan harus membersihkan diri sebelum kembali beribadah. Kasai Langger bukan sekedar mandi, tetapi menyangkut nilai spirirual, kesehatan, dan warisan budaya yang melekat sangat kuat pada kehidupan perempuan Melayu.

Asmadi sebagai Ketua DPD MABM Kota Singkawang memberikan pencerahan kepada audiens yang hadir, sambil menyaksikan dan mendengarkan Talk Show, kupasan tradisi melayu, Kasai Langger.

Pertama secara umum Kasai Langger memiliki prosesi utama. Perempuan melayu, menyiapkan kasai (berupa : beras, kunyit, langger) daun sirih, daun jeruk, air suci dan kadang air tolak bala. Semua bahan bahan tersebut, mempunyai makna simbolik tertentu. Ujar Asmadi

Kedua, prosesi mandi biasa, kemudian bekasai yaitu luluran menggunakan Kasai untuk membersihkan dan membuat tubuh berseri.

Setelah itu dilanjutkan dengan mandi Langger, yaitu mandi menggunakan air campuran langger, daun sirih, dan daun jeruk.

Melakukan mandi dengan air suci. Mencuci kain atau pakaian yang terkena darah haid dengan bacaan tertentu. Dan bagi sebagian orang, terutama bagi perempuan yang pertama kali haid, ditutup dengan air Tolak Bala.

“Keseluruhan rangkaian ini dianggap sebagai proses penyucian lahir dan batin, ” ungkap Asmadi.

Langger Melambangkan kesucian tubuh, Masyarakat percaya bahwa Langger mampu menghilangkan najis dan kotoran secara sempurna.

Kasai (beras, kunyit dan langger) : Melambangkan kesegaran, kesucian dan seri kehidupan. Kunyit misalnya, dianggap sebagai sari kehidupan yang membuat tubuh tampak berseri.

Daun Sirih dan Daun Jeruk : Simbol keharuman dan penghilang bau, terutama bau amis darah.

Air Suci : Simbol penyempurnaan kesucian. Air terakhir yang memastikan tubuh kembali benar benar bersih.

Air Tolak Bala : Simbol Perlindungan, terutama bagi perempuan yang pertama kali menstruasi.

“Simbol simbol ini menunjukan bahwa Kasai Langger bukan sekedar ritual fisik. Tetapi mengandung nilai filosofis mendalam mengenai kebersihan, kesehatan, kesucian, dan perlindungan spiritual, ” ucapnya

Selaku Ketua DPD MABM Kota Singkawang. Asmadi memandang posisi Kasai Langger, sebagai bagian penting identitas Perempuan Melayu. Tradisi ini mencerminkan nilai nilai melayu yang sangat erat dengan Islam, kesopanan, kemurnian, dan penghormatan terhadap tubuh.

“Di Singkawang yang multi etnis namun saling menghargai. Tradisi ini (Kasai Langger) memperkaya keragaman budaya dan mempertegas jati diri perempuan Melayu sebagai penjaga nilai nilai leluhur. Selain itu Kasai Langger adalah bukti kearifan lokal melayu yang hybrid. Yakni perpaduan antara adat dan nilai nilai Islam. Sebuah bentuk adaptasi budaya yang terus berkembang namun tetap sakral, ” ulas Asmadi, secara komprehensif.

Menghadapi perubahan gaya hidup dan pengaruh modernidasi. Asmadi mengakui, saat ini tidak semua Kasai Langger dilakukan generasi muda, terutama usia remaja mulai ada yang meninggalkannya karena dianggap rumit atau karena kurang memahami maknanya. Namun perempuan usia 30 tahun ke atas (saat ini) masih banyak yang melakukan tradisi Kasai Langger.

Keadaan yang demikian ini. Sebut Asmadi, menjadi tantangan kita. Termasuk Majelis Adat dan Pemerintah Daerah untuk menghidupkan kembali literasi budaya. Agar anak anak muda tahu bahwa Kasai Langger bukan sekedar ritual, tetapi warisan identitas yang sangat berharga.

Langkah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Singkawang melestarikan tradisi adat budaya. Termasuk Kasai Langger, diterangkan Asmadi, dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang dipimpinnya, telah melakukan beberapa langkah. Diantaranya :

Pendokumentasian tradisi. Termasuk penelitian dan penulisan ilmiah untuk memperkaya referensi.

Program pembelajaran berbasis kearifan lokal. Melalu Gerakan Satu Sekolah Satu Kearifan Lokal (GS3KL).

Kolaborasi dengan Majelis Adat Budaya Melayu, tokoh masyarakat dan akademisi untuk sosialisasi budaya.

Mengangkat tradisi dalam kegiatan Kebudayaan, seperti Pekan Kebudayaan Daerah (PKD), pameran dan festival.

“Tujuannya bukan hanya menjaga bentuk ritualnya. Tetapi menjaga nilai nilai Pendidikan budaya, kesehatan dan spiritual yang terkandung di dalamnya, ” jelas Asmadi.

Terakhir Asmadi, tanya Eka Meyanti. Apa pesan bapak kepada masyarakat, khususnya generasi muda terkait Kasai Langger ?.

“Saya ingin mengajak anak anak muda Singkawang. Untuk melihat tradisi ini sebagai warisan yang memperkaya jati diri, bukan sebagai beban. Kasai Langger adalah bagian dari kebijaksanaan leluhur yang memadukan kebersihan, kesucian, kesehatan, dan spiritual. Menjaga tradisi bukan berati menolak modernitas. Melainkan menghargai akar budaya sambil terus maju ke masa depan , ” pesan Asmadi, yang saat ini, juga sebagai Plt. Kadis Parpora Kota Singkawang.

Menerangkan kegiatan Pameran dan Pentas Budaya Singkawang. Kepala BPKW XII Kalbar, Juliadi menerangkan, kegiatan yang diselenggarakan, adalah untuk mempublikasikan budaya di Kota Singkawang. Antara lain berupa Cagar Budaya dan Warisan Budaya Takbenda Indonesia, yang berasal dari Kota Singkawang.

“Kegiatan ini memperkenalkan warisan budaya tersebut yang memang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga kedepannya bentuk bentuk warisan budaya tersebut dapat terus kita lindungi. Kemudian ada pengembangannya dan pemanfaatannya dalam bentuk bentuk kegiatan yang bisa memicu atau mengkreatifitas. Terutama bagi generasi muda. Sehingga warisan budaya tersebut dapat dilestari kan untuk masa masa yang akan datang, ” jelas Juliadi.

(Dikutip: Strateginews.id)

(Publish: Suparman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *