Tata Kelola Pemerintahan yang Ideal, Filosofi Batik Diwo RIANG di Debat Perdana

Kepahiang Transtv45.com- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu sukses menggelar debat publik perdana calon bupati dan wakil bupati Kepahiang dengan tema tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih dan berkeadilan di Ballroom Hotel Sandhyka, kemarin (6/11/2024).

Menariknya, satu-satunya kandidat yang menggunakan batik Diwo khas Kabupaten Kepahiang adalah Pasangan Calon Bupati (Cabup) Hj Riri Damayanti John Latief bersama Calon Wakil Bupati (Cawabup) Ujang Irmansyah nomor urut 1 (satu).

Pegiat pendidikan nonformal di Yayasan Az Zahra, Helmiyesi, mengatakan, debat terbuka pertama Pilkada Kabupaten Kepahiang menjadi momen penting bagi calon kepala daerah untuk menunjukkan visi misi mereka dan pasangan nomor urut 1 berhasil mencuri perhatian dengan mengenakan batik Diwo khas Kepahiang.

“Batik berwarna oranye yang dikenakan Riri John Latief bukan hanya sekadar busana, melainkan juga mengandung filosofi yang mendalam, sejalan dengan tema debat mengenai tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih, dan berkeadilan,” kata Umi Yesi, sapaan akrabnya.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia Kabupaten Kepahiang ini menjelaskan, motif batik yang dipilih Cabup Riri John Latief adalah Sehasen yang terdiri dari lima elemen yang masing-masing menggambarkan nilai-nilai pemerintahan yang ideal.

“Air melambangkan kehidupan, relevan dengan pemerintahan yang efektif untuk kesejahteraan rakyat. Cerana mewakili penghormatan dan integritas, mencerminkan pemerintahan yang bersih dan transparan. Peta Kepahiang menggambarkan keberagaman daerah, menekankan pentingnya pemerintahan yang adil tanpa diskriminasi,” ujar Umi Yesi.

“Jalan berliku simbol ketangguhan dalam menghadapi tantangan, sesuai dengan visi pemerintahan yang adaptif. Kopi melambangkan kemakmuran, menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” lanjut Umi Yesi.

Penggerak batik Diwo di Kabupaten Kepahiang ini menekankan, ada juga motif kembang lima pada batik tersebut mengingatkan akan pentingnya persatuan dan persaudaraan dalam menciptakan pemerintahan yang inklusif.
Di samping itu, Umi Yesi meneruskan, aksara Kaganga yang membentuk kumpulan angka 1, bertuliskan “Riri, Ujang, Riang”, menegaskan harapan akan kemenangan dan masa depan yang lebih baik bagi Kepahiang.

“Melalui pakaian batik ini, Riri Damayanti ingin menyampaikan bahwa pemerintahan yang efektif, bersih, dan berkeadilan harus mampu mengakomodasi keberagaman, menghadapi tantangan dengan inovasi, serta membawa kemakmuran untuk seluruh masyarakat Kepahiang,” ungkap Umi Yesi.

“Sementara motif kawo lem teleng digunakan oleh Wakil Bupati. Maknanya adalah kemakmuran. Kopi sebagai komoditas unggulan di Kepahiang perlu dikelola dengan baik agar kesejahteraan rakyat meningkat. Tampahnya bermakna hubungan yang tidak terputus antara pemerintah dan masyarakat. Artinya pemerintahan yang baik adalah pemimpin yang berpihak kepada rakyat. Dari atas sampai bawah merasakan kebahagiaan dan kemakmuran. Daun di empat posisi mata angin, artinya masyarakat dari empat penjuru mata angin yaitu timur, barat, selatan dan utara bersatu untuk mendukung RIANG menjadi pemimpin Kepahiang. Pemimpin yang bersih dan berkeadilan. Bismillah.
InsyaAllah menang,” tutup Umi Yesi.

Untuk diketahui, pengrajin batik Diwo Kepahiang yang membuat design baju debat Riri dan Ujang berjumlah 15 orang yang tergabung dalam komunitas sastra Yayasan Az Zahra Kepahiang

Mereka berkolaborasi membuat motif, merangkai aksara Kaganga, meracik warna dan mendesain pola agar tercipta kain Diwo yang indah dan khas sebagainya adat budaya suku Rejang.

Baju debat pertama Riri dan Ujang mewakili harapan masyarakat dan doa agar terpilih pemimpin yang tepat untuk Kepahiang berkemajuan. [By fb]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *