Waingapu-TransTV45.Com| Demikian dikatakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat membuka dengan resmi acara pertemuan Monitoring dan Evaluasi III Konsorsium Malaria se-daratan Sumba pada hari Jumat ( 26/11) bertempat di aula Padadita Beach Hotel, Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
Ditegaskan Gubernur, bahwa harus ada solusi dalam penanganan kasus malaria di Pulau Sumba sehingga tidak terus menerus mengalami peningkatan kasus. “Desain programnya, bentuk koordinatornya, serta rumuskan anggarannya dan buat pelatihan khusus untuk tenaga kesehatannya sehingga kasus ini mendapatkan penanganan serius sampai selesai dan benar-benar tidak ada lagi Malaria di pulau Sumba“.
Sementara itu di tempat yang sama, menjawab pertanyaan Gubernur NTT tentang malaria, dr. Desriani Ginting memberikan sedikit gambaran persoalan pengendalian kasus malaria yang ada di Sumba. Adapun kendala yang dihadapi yaitu kurangnya SDM yang berkompeten, sarana prasrana yang kurang memadai, dan kesadaran masyarakat terkait bahaya malaria yang masih sangat kurang dikarenakan tidak adanya promosi kesehatan dan dukungan anggaran yang sangat terbatas. Sebagai petugas lapangan yang menangani langsung kasus ini, beliau mengharapkan adanya keseriusan dari para kepala daerah di Pulau Sumba dengan melakukan hal-hal yang telah ditegaskan oleh Gubenur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat.
Pada tempat yang sama pula dalam laporan kegiatan Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, dr. Meserasi VB Ataupah mengatakan kabupaten Sumba Timur mulai menunjukkan penurunan endemisitas dari tinggi ke sedang dalam tahun ini dan Kabupaten Sumba Tengah telah berhasil keluar dari endemis tinggi malaria ke endemis rendah malaria, sedangkan Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya masih stagnan di endemis tinggi.
Bupati Sumba Timur Drs. Kristofel Praing M.Si, dalam sambutannya mengucapkann terima kasih kepada Gubernur NTT yang berkenan hadir di Pulau Sumba dengan seluruh jajarannya serta menyampaikan beberapa masalah kesehatan khususnya penyakit malaria di Pulau Sumba sebesar 92%. Kabupaten ini merupakan kabupatan dengan kasus malaria tertinggi ketiga di Pulau Sumba setelah Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Barat yakni sebesar 11% ( 458 kasus ).
Sejak awal penyusunan rencana aksi daerah dalam rangka percepatan eliminasi malaria pada tahun 2018 yang dilaksanakan di Kabupaten Sumba Barat Daya , Pemerintah Kabupaten Sumba Timur telah melaksanakan berbagai intervensi dalam rangka menekan jumlah kasus malaria baik dari segi penguatan sumber daya manusia, penyediaan logistik, manajemen kasus, pengendanlian vektor, termasuk pembagian kelambu masal maupun promosi kesehatan. Berbagai upaya tersebut telah mencapai hasil yg positif ditandai dengan menurunnya angka malaria di Kabupaten Sumba Timur.
Turut hadir pada pertemuan tersebut , Staf Khusus Gubernur Bidang Kesehatan dr. Stef Bria Seran, Bupati Belu dr. Agustinus Taolin, SpPD-KGEH, FINASIM, para pimpinan perangkat daerah sedaratan Sumba, para camat dan kepala desa sedaratan Sumba, serta seluruh peserta Monev III Konsorsium Malaria Sumba Monev Pokja Eliminasi Malaria di Pulau Sumba. *(NTT/RED)