Majene.Transtv45.com| Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulbar Fraksi Demokrat bersama Anggota Tim Bupati Untuk Pengawasan Percepatan Pembangunan Daerah (TBUP3D) Majene, menggelar Rapat Koordinasi (Rakor), di ruang Pola Kantor Bupati Majene, Selasa (04/01/2022).
Dalam rakor itu, untuk berkomunikasi dan menjaring masukan dari Pemerintah Daerah (Pemda) Majene dengan memaparkan makna filosofi lambang serta semboyan Kabupaten Majene (Suatu Tinjauan Historis), bahwa Kota Tua Assamalewuang merupakan beberapa sebutan sering didengarkan dan di sematkan untuk Kabupaten Majene.
Namun secara legalitas hukum dan tampilan pada logo Majene saat ini belum mengakomodir semboyan yang menggambarkan Majene secara umum. Faktanya, dari enam Kabupaten di Sulbar, hanya Kabupaten Majene yang tidak memiliki semboyan pada logo
TBUP3D Majene juga Budayawan Mandar Darmansyah mengatakan, selain tidak memiliki semboyan pada logo Majene saat ini banyak makna yang tidak lagi sesuai dengan relevan dan realitasnya
“Seperti contohnya, pada gambar daun kelapa yang berwarna hijau berjumlah 20 lembar memberi makna bahwa Majene terdiri dari 20 Desa pada 1979. Warna kuning adalah mayang kelapa (Burewe) berjumlah 126 biji melambangkan Majene terdiri dari 126 kampung,” urainya.
Tidak hanya itu, dari empat kotak pada lambang depan berwarna merah, putih, hijau dan biru menandakan bahwa 4 Kecamatan. “Sekarang banyak makna tidak sesuai lagi, Majene dulu hanya 20 Desa tapi sekarang sudah 82 desa dan kelurahan. Apalagi Kecamatan juga sudah delapan,” papar Darmansyah.
Anggota DPRD Sulbar Kalma Katta berharap melalui pemaparan, Pemda Majene segera menindak lanjuti, agar tercipta kesepahaman bersama. “Coba lihat logo daerah lain di Sulbar, semua memiliki semboyan, cuma Majene yang tidak ada, ini yang perlu kita identifikasi, dan harus jadi perhatian untuk kita semua,” jelas Mantan Bupati Majene dua periode itu.
Kesempatan sama, Wakil Bupati Majene Arismunandar mengucap apresiasi kepada para budayawan Mandar Majene yang telah memberi pencerahan, berupa kata semangat atau bijak yang nantinya dapat diperkenalkan kepada masyarakat dengan memperhatikan landasan filosofis sejarah, adat istiadat dan budaya Mandar yang tidak bisa di tinggalkan, lalu dimasukkan dalam lambang Kabupaten Majene.
“Perlu memberikan penekanan kata penyemangat, kata bijak atau memiliki makna filosofi sehingga bisa menjadi trademark dalam memperkenalkan Majene di mata Dunia,” ungkapnya.
Senada juga dituturkan Sekda Majene Ardiansyah. Ia mengatakan, selain gagasan dari seluruh pihak yang mengerti tentang kesejarahan Mandar, makna yang terkandung sebaiknya memiliki spirit baru khususnya dalam mengakselerasi visi misi bupati Majene, yaitu Majene Unggul, Mandiri dan Religius (UMR).
“Assamalewuang menjadi usulan semboyan Majene, selain pertimbangan sejarah, secara filosofi, Assmalewuang bermakna pengambilan keputusan, baik pemerintah daerah, partai politik, organisasi sosial kemasyarakatan yang didasari kebersamaan yang dijiwai nilai agama, budaya dan bertekad untuk mewujudkan keselamatan masyarakat,” ungkapnya.
Diuraikan, untuk logo Majene, di usulkan mengubah komposisi penempatan kotak. “Awalnya hanya empat, namun pada usulan logo baru menjadi lima dengan menyertakan Bendera Merah Putih secara vertikal, kemudian di bagian bawah tetap kotak berwarna biru (Makna laut) dan kotak hijau (Makna daratan). Kemudian dari sisi jumlah daun kelapa juga sesuaikan dan di bagian bawah yang awalnya bertuliskan Majene pada pita kemudian di sematkan kata Assamalewuang pada usulan logo baru,” ulas Ardiansyah.
Hadir dalam kesempatan itu, Saggaf Katta selaku akademisi, Staf Ahli, Asisten Setda, para pimpinan OPD, para Kabag Setda dan Anggota TBUP3D Mustar Lazim.
(Whd)