Fenomena Kelompok Bupati Bupati Kecil Bersama Kelompok Jalan Pagi Dan Sore Ala Pemerintahan Bupati RJ.


Jakarta -Transtv45.com-II-Dalam dunia politik, simbol sering kali berbicara lebih nyaring daripada kebijakan. Dan di Tanimbar hari ini, simbol-simbol itu hadir dalam bentuk perjamuan mewah, seremoni elite, dan pertemuan-pertemuan tertutup yang lebih menonjolkan estetika kekuasaan daripada substansi kepemimpinan. Fenomena ini tampak jelas dalam gaya politik Ricky Jauwerissa dan Wakilnya, yang di perankan oleh Bupati Bupati Kecil—yang kini menjadi sorotan publik.

Sala satu toko Muda asal Tanimbar, Yopi Kelly kepada media ini lewat telephone selulernya 24-6-2025 mengatakan, Ungkapan “ Jalan Pagi dan Jalan Soreh” bukan tanpa makna. Ia menggambarkan bentuk kekuasaan yang menjauh dari denyut nadi rakyat. Di satu sisi, sang Bupati RJ datang dengan narasi besar —sebuah agenda pembangunan Tanimbar yang jika di baca maka sangat fantastis. Namun di sisi lain, narasi ini justru makin kehilangan konteksnya dalam kehidupan masyarakat tanimbar setiap saat.

Tak sulit menemukan paradoks dalam kepemimpinan seorang Bupati RJ. Saat angka kemiskinan di Tanimbar masih tinggi, infrastruktur dasar di wilayah Tanimbar ini belum memadai, justru publik disuguhi pemberitaan tentang Perjalanan Bupati RJ keluar Negeri yang di duga kuat ini merupakan jalan jalan wisata pribadi yang setelah tiba di Tanimbar baru tim nya menyusun kalimat untuk lakukan pembelaan di media, serta agenda-agenda seremoni yang tak sedikit menguras anggaran daerah dalam forum-forum publik juga lebih sering disertai barisan pengusaha dan elite politik dibandingkan representasi rakyat di akar rumput.

Padahal menurut Yopi yang saat ini bekerja di sala satu perusahaan ternama di Jawa Barat mengatakanTanimbar membutuhkan pemimpin yang turun langsung ke lapangan. Masyarakat adat di bawah yang masih berjuang untuk mempertahankan hidup mereka. Di Kepulauan Tanimbar, konflik Nelayan andon belum terselesaikan. Para nelayan lokal di Seira pun terancam kehilangan sumber penghidupan akibat ekspansi industri kelautan yang minim pengawasan lingkungan.

Sayangnya, seorang Bupati RJ belum menunjukkan respons yang baik atas isu-isu tersebut. Tidak ada langkah strategis yang jelas, apalagi keberpihakan yang kuat kepada rakyat terdampak. Sebaliknya, pendekatan pemerintah daerah justru terkesan menghindar dari konflik dan lebih fokus pada pembangunan yang bersifat simbolik.

Ketika masyarakat menuntut transparansi dan penyelesaian kasus-kasus pengusiran masyarakat dari perumkus Bomaki yang di duga kuat ini semua telah di seting oleh Bupati Bupati kecil serta dugaan pembiaran serta permainan pada tender tender proyek yang sengaja di lakukan oleh para Bupati Kecil serta kuat dugaan mereka telah mengatur siapa yang harus menerima dan melakukan pekerjaan tersebut.

Contoh konkrit yang telah terjadi ada beberapa proyek yang saat ini sedang ramai di bicarakan yaitu proyek lampu jalan yang jelas jelas belum di buka tender tapi mereka sudah mengatuur sedemikian rupa agar tidak terbaca oleh publik tapi sayangnya permainan para mafia proyek ini sudah tercium. Tidak di sangka, satu bulan sebelum di lakukan tender pada mlbulan maret material seperti tiang lampu sudah di turunkan sedangkan pada bulan April tgl 14 baru di bukanya tender untuk pekerjaan tersebut, dan sepertinya mereka sudah mengatur tuntas bersama ULP untuk siapa yang akan mengerjakan proyek tersebut. Faktanya, dugaan kuat pekerjaan tersebut di kerjakan oleh Menantu Sang Bos besar yang biasa di sapa Bos AT, kontraktor tersebut merupakan orang dekat dari Sang Bupati RJ dengan nilai pekerjaan yang fantastis. Ternyata Tanimbar bukan terang tapi lebih gelap.

Menurut Yopi, bukan saja proyek lampu jalan tapi ada bebarapa proyek dengan nilai tender di atas 1 Miliar yang sudah di lelang oleh ULP dugaan kuat ini semua sudah di atur dan di seting sedemikian rupa untuk siapa yang akan mengerjakan proyek tersebut dan info di dapat ternyata yang memenangkan proyek tersebut perusahan yang berasal dari Makasar Dan Kalimantan, kuat dugaan semua proyek ini di kerjakan oleh Menantunya Sang Bos AT yang juga merupakan orang dekat dari Sang Bupati RJ, yang kalau di perhatikan perusahan luar ini hanya sebagai kamuflase dari sekian banyak permainan untuk mengelabui masyarakat Tanimbar.

Pihaknya mendesak evaluasi menyeluruh terhadap kepemimpinan Kepala ULP serta dinas terkait . Jangan biarkan Tanimbar menjadi laboratorium kegagalan akibat kepemimpinan yang tidak layak dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat,” lanjutnya.

Yopi juga meminta aparat penegak hukum terutama KEJAKSAAN dan KPK untuk ikut mengawasi pengelolaan anggaran infrastruktur di bawah kepemimpinan Bupati RJ, secara ketat dan terbuka, serta menindaklanjuti setiap laporan masyarakat yang berindikasi pada dugaan penyalahgunaan wewenang.

“Tanimbar butuh pemimpin yang bersih, transparan, dan kompeten. Bukan pemimpin yang menjadikan jabatan sebagai alat kekuasaan,” tutur yopi dengan nada yang keras.

Begitupun dengan pemerintah daerah seolah mengambil sikap diam dan memilih menghindar saat di kritik oleh masyarakat serta melempar tanggung jawab kepada wakil bupati, Padahal, kepercayaan publik hari ini sangat ditentukan oleh keberanian pemimpin dalam membuka ruang agar komunikasi itu bisa di bangun.

Tidak hanya itu, kinerja birokrasi di bawah Bupati RJ juga dinilai stagnan. Sejumlah program prioritas yang digadang-gadang dalam 100 hari kerja, seperti pelayanan publik, penataan ulang APBD dll masih berada dalam tahap wacana. Padahal, waktu terus berjalan, dan rakyat tidak menunggu seremoni dan janji janji manisnya yang beliau pernah janjikan yaitu akan menambah upah atau insentif bagi RT dan RW yang mencapai 200 hingga 300 ribu per bulan semua ini hanyalah pepesan kosong saja.

Belum lagi di tambah dengan masalah seleksi yang di lakukan oleh pemerintah daerah yang membuka peluang bagi tim sukses Bupati Ricky Jauwerissa yang jelas jelas di mata publik Masyarakat Tanimbar, oknum oknum tersebut telah cacat secara moral dan secara hukum. Bagaimana masyarakat akan menghormati dan menghargai seorang pejabat daerah yang punya Moral selingkuh padahal jelas jelas istri sahnya masi ada di rumah. Bagaimana masyarakat mau menghormati seorang pejabat yang punya moral yang rusak dan pernah bermasalah dengan Hukum. Harusnya penempatan seseorang pada suatu bidang maka sangat di perlukan keahlian dalam bidang tersebut bukan sebaliknya. Memangnya BUMD itu milik pribadinya Pa Bupati Ricky Jauwerissa, sehingga menempatkan seseorang itu ikut maunya Bupati.

Di sisi lain, gaya komunikasi Bupati Ricky Jauwerissa juga patut disoroti. Keterbukaan informasi publik, termasuk soal proyek strategis daerah, belum sepenuhnya dijalankan. Akses terhadap data anggaran, pengadaan barang dan jasa, serta rekam jejak pejabat yang ditunjuk, minim partisipasi masyarakat sipil. Hal ini mengindikasikan adanya kemunduran dalam prinsip transparansi dan akuntabilitas yang dijanjikan dalam kampanye mereka.

Jalan Pagi dan jalan Soreh dalam politik bukan sekadar soal makanan dan meja pertemuan. Ia mencerminkan pilihan gaya kepemimpinan: apakah berorientasi pada pelayanan publik, atau justru pada pembentukan citra kekuasaan. RJ memilih untuk terus mempertahankan politik simbolik tanpa membenahi persoalan struktural, maka Tanimbar akan berisiko tersandera oleh kepemimpinan yang indah di permukaan, namun kosong di dalam.

Kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya pintar beretorika, tetapi berani membongkar kenyataan yang pahit. Yang tak sekadar menggelar jamuan bagi elite, tetapi juga memastikan rakyat kecil bisa makan tiga kali sehari, mendapat air bersih, pendidikan layak, dan hidup di lingkungan yang sehat, dan bukannya setelah jalan pagi sudah mulai membahas siapa yang nantinya akan di nonjobkan sesuai keinginan para Bupati Bupati kecil ini.

Sejarah politik tanimbar tidak akan mencatat jumlah meja makan atau tamu kehormatan di Gedung Putih Tanimbar, tetapi pada keputusan-keputusan sulit yang pernah diambil untuk menyelamatkan masa depan rakyatnya.

“Jika Bupati RJ ingin dikenang sebagai pemimpin yang merestorasi harapan tanimbar, maka waktunya sekarang. Bukan dengan para pejalan pagi atau kelompok jalan sore, melainkan dengan langkah konkret yang dirasakan oleh mereka yang selama ini berada di luar lingkaran jamuan kekuasaan” kata Yopi sebelum mengakhiri percakapan dengan media ini.

Gilang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *